96 || Brother Talk.

99 15 0
                                    


Kalau begini, mau Minho mencari seribu cara pun tidak akan bisa mengubah keputusan mereka.

"Ya baiklah kalau itu mau kalian. Aku akan siapkan satu ruang tunggu VVIP agar kalian bisa beristirahat." Minho kembali memberi saran.

Namun, sekali lagi tidak diterima dengan baik. "Mbak tetap mau di sini. Pokoknya mbak nggak mau jauh-jauh dari Yena!"

"Me too!" Yohan dan Chaeyeon juga ikut-ikutan maminya.

Argh. Rasanya Minho sudah mau mengumpat saja. Padahal dia melakukan ini juga demi kebaikan mereka, tetapi tidak ada satupun saran darinya yang diterima.

"Mbak, setelah ini Yena akan dipindahkan ke ruang observasi. Dari ruang tunggu VVIP ke ruang observasi itu hanya berjarak sekitar 200 meter, tidak begitu jauh. Jadi, tolong jangan dibantah lagi kali ini, ya?" Minho mengatakannya dengan memohon.

"Tetap saja, Minho! Buat mbak 200 meter itu jauh! Bahkan kalau bisa nih ya, mbak maunya di sebelah Yena aja, jangan jauh-jauh!"

"TERSERAH DEH! Capek sendiri lama-lama ngomong sama kalian!" sentak Minho.

Jessica dan Minho itu perpaduan yang sempurna. Yang satunya keras kepala seperti batu, sementara yang satunya lagi kesabarannya setipis tisu.

Setelah itu, Minho berjalan menjauh dari mereka, daripada dia sendiri yang harus menerima konsultasi dari psikiater karena stres menghadapi keluarga Bapak Lee Donghae!

"Minho tunggu!" Minho menghentikan langkah, membalikkan badan dan menemukan Donghae tengah berjalan ke arahnya.

"Kenapa, Bang?" tanya Minho setelah Donghae berdiri tepat di depannya.

"Apa kamu yakin Yena baik-baik saja? Hmm ... maksudku, kalau memang ada keadaan serius yang terjadi sama Yena, kamu bisa mengatakannya padaku. Aku tidak akan memberitahu Jessica ataupun anak-anakku yang lain," ucap Donghae, kekhawatiran jelas tampak dari raut wajahnya saat ini.

"Bang, Yena memang sempat mengalami serangan jantung, tetapi bukan berarti keadaannya seserius yang abang bayangkan. Dia baik-baik saja kok, keadaannya juga sudah stabil. Hanya saja —"

"Hanya saja?" Donghae sampai mengulang kembali perkataan adiknya karena tidak sabar menunggu.

"Jika benar Yena tanpa sengaja mengkonsumsi obat kadaluarsa itu, aku mencurigai bahwa mungkin saja serangan jantung yang dialami oleh Yena sebelumnya adalah karena terjadi infeksi pada paru-parunya," ungkap Minho pada akhirnya.

Tampak perubahan ekspresi di wajah Donghae, yang awalnya hanya khawatir kini juga terlihat sedih juga gelisah.

Sebelum Donghae bisa memberikan reaksi, Minho lebih dulu melanjutkan perkataannya. "Itu baru dugaanku saja. Kita bisa memastikannya setelah hasil tes laboratorium, foto toraks, CT-scan dan tes lainnya keluar. Itu alasannya mengapa aku memanggil semua kepala departemen rumah sakit karena aku ingin mendiskusikan kasus Yena dengan mereka, sekaligus memastikan bahwa tidak akan ada komplikasi lanjutan di kemudian hari. Sama seperti Wooseok, aku juga ingin kejadian ini tidak mengganggu keseharian Yena nantinya."

Donghae cukup terharu melihat bagaimana kerasnya usaha Minho untuk membuat Yena benar-benar sembuh total.

Sedikit senyuman terbit di bibir Donghae, dia yakin Yena pasti akan baik-baik saja, karena banyak orang yang akan memastikan itu terjadi, termasuk dirinya sendiri.

"Tapi, Minho .... Memanggil semua kepala departemen rumah sakit bukankah sedikit berlebihan? Terlebih aku dengar dari Wooseok, kamu juga mengancam untuk memecat mereka jika tidak mengikuti perintahmu? Hei, seharusnya anda tidak menyalahgunakan kekuasaan, Direktur Minho," ucap Donghae, sengaja melemparkan candaan kepada adiknya.

FAMILY SERIES || Keluarga LeeWhere stories live. Discover now