74 || Berhenti Mendekati Chaeyeon

77 10 0
                                    

Butuh waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai di depan gedung apartemen Yeri. Mungkin kalau macet, akan membutuhkan waktu lebih lama.

Tempat tinggal Yeri memang dekat dengan kampusnya, Binus University, tetapi sedikit jauh dari kampus teman-temannya. Itu salah satu alasan kenapa Yeri sempat menolak tawaran Yohan untuk mengantarnya pulang.

Setelah turun dari motor Yohan, kedua tangan Yeri berusaha untuk melepas helm dari kepalanya tetapi kesulitan. Melihat itu, tanpa aba-aba, Yohan mendekat untuk membantu Yeri. "Sini biar gue bantu."

Tindakan Yohan saat ini, yang berdiri sangat dekat dengan Yeri membuat degup jantung gadis itu berdetak lebih cepat dari biasanya. Padahal ekspresi wajah Yohan terlihat biasa saja, benar-benar hanya berniat untuk membantu temannya melepas helm.

"Ini helm memang kelakuannya mirip sama pemiliknya, suka ngajak ribut," keluh Yohan, sama sekali tidak terganggu dengan posisi keduanya yang berjarak hanya beberapa senti.

Setelah Yohan berhasil membantu Yeri melepas helm-nya, jarak mereka kembali normal, membuat Yeri bisa bernafas lagi.

Berdehem kecil, Yeri mencoba untuk mengendalikan dirinya sendiri. "Punya Yena, ya?" sahut Yeri, menanggapi perkataan Yohan sebelumnya.

Yohan mengangguk dengan wajah memberengut kesal. "Begitulah. Gue terpaksa bawa punya dia, karena helm yang biasa gue bawa lagi dicuci."

"Ah, begitu." Yeri hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Entah kenapa, suasana di antara mereka menjadi sangat canggung untuk Yeri.

"Yaudah, lo masuk gih! Gue juga mau langsung ke basecamp susulin anak-anak," ucap Yohan, baru akan menaiki motornya kembali tetapi Yeri lebih dulu menahan Yohan dengan memegang tangan pria itu.  

Merasa bingung dengan sikap Yeri saat ini, Yohan pun bertanya, "Kenapa Yer?"

Yeri menggeleng, kemudian bertanya, "Lo kenapa nggak tanya ke gue?"

Yohan mengernyitkan dahi. "Tanya soal?" Dia benar-benar bingung kemana arah pembicaraan Yeri.

"Lino," jawab Yeri.

Ekspresi wajah Yohan seketika berubah mendengar nama itu.

Yohan baru akan membalas, tetapi Yeri lagi-lagi mendahuluinya. "Gue yakin lo tahu kalau gue juga mantannya Lino. Kenapa lo nggak bilang soal itu ke Aa' Wooseok?"

Sebelah alis Yeri terangkat saat menangkap perubahan ekspresi wajah Yohan yang awalnya tegang, kini menjadi lebih bersahabat. Terlebih dengan tatapan lembut yang diberikan oleh Yohan. "Ya karena gue nggak berhak," jawab Yohan santai.

Yohan menepuk sebelah pundak Yeri, kemudian berkata, "Gue emang temen lo, Yeri, tapi gue nggak berhak ikut campur sama urusan pribadi lo. Dan karena gue temen lo, gue juga nggak mau nyakitin lo demi kepentingan orang lain. Meski orang lain itu saudara gue sendiri."

Mendengar perkataan Yohan barusan, ada rasa yang tidak bisa digambarkan dalam hati Yeri. Dia merasa tenang dan juga hangat. Yeri tidak pernah mendapatkan kehangatan seperti itu sebelumnya, kecuali dari kakaknya, Joy.

"Satu hal yang perlu lo ingat. Lo punya gue sebagai teman, jadi kapanpun lo butuh sesuatu, lo bisa mengandalkan gue," imbuh Yohan, dengan tatapan lekat dan senyum mempesona miliknya.

Tidak lupa dengan elusan singkat di pucuk kepala Yeri dari Yohan, yang membuat gadis itu merasa disayang.

Lebih dari 5 tahun mereka berteman, Yeri baru menyadari satu hal, bahwa Yohan benar-benar tampan, bahkan lebih tampan dari Mark ataupun Lino, para mantannya.

Yeri tidak pernah memperhatikan itu sebelumnya.

"Kalau gitu, gue pergi dulu, ya?" pamit Yohan, menaiki motornya tanpa menunggu reaksi balasan dari Yeri. Namun, lagi-lagi kegiatannya tertahan karena sesuatu.

FAMILY SERIES || Keluarga LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang