44. WICKED GAMES

1.3K 77 6
                                    

Haii hai! Axelle update nihh.. Jangan lupa kasih bintangnya dulu sebelum baca. Tandai typo ya kawan-kawan, karena baru setengah part doang yang decin revisi

Be wise: Area 15+ (Akan ada adegan yang sedikit spicy, di harap kebijakannya ya)

••••

Tidak perlu menunggu hingga pulang sekolah untuk eyang Uti menyeret Angel dan Axel ke kediamannya. Wanita yang sudah memasuki usia senja itu kembali menyuruh bawahannya untuk menjemput kedua cucunya itu di saat kekacauan yang baru saja di ciptakan Angel di kelas Elle pecah—setelah kemunculan Axel tentunya.

Mobil yang membawa keduanya baru saja parkir di pekarangan rumah eyang, menciptakan debaran yang kian menggila kala bayangan akan tindakan yang bisa saja di ambil eyang mereka terbayang di benak masing-masing.

"Calm, lo harus tanggung jawab sama perbuatan lo, Angel," ucap Axel lirih. Cowok yang sudah menanggalkan kemeja sekolahnya itu menatap sekilas pada sepupunya yang sejak tadi sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Kontrol diri lo!" serunya sedikit keras. Tangannya dengan cepat menahan tangan Angel yang masih setia menggaruk punggung tangannya hingga memerah.

Gadis berambut blonde itu berdecih sinis, memberikan tatapan tajamnya ke arah Axel. "Gue gak akan kayak gini kalau aja tuh cewek sialan gak sebarin foto gak bermutu kayak gitu!" pekik Angel marah. Pendar tatapnya tak lagi tegas, berubah sayu seiring gumpalan air yang memenuhi pelupuk matanya.

Lagi-lagi pembahasan yang sama. Helaan napas lolos dari bibir Axel seiring tubunya yang kian membentuk jarak, membiarkan tangan Angel yang semula berada dalam genggamannya jatuh bebas. "Bukan Elle, Ngel. Berapa kali harus gue ulang, bukan Elle yang sebarin," lirihnya. Dia bahkan sudah mulai lelah akan perdebatan ini.

"Bukan karena lo tinggal berdua sama dia jadi lo bisa tahu sifatnya, Xel," desis Angel tajam. "Kalau ada yang harus tanggung jawab di sini, itu lo dan dia." Dan begitu saja ledakan amarahnya sebelum Angel berlalu keluar dari mobil sang eyang.

Tubuhnya masih setia tegap seperti biasa, seakan berita yang berusaha menjatuhkannya sama sekali tak mempengaruhinya. Tapi siapa pun tahu, di balik wajah angkuhnya itu ada banyak ketakutan yang coba di tutupinya. Pun tiap pijakan  yang di ambilnya terasa begitu berat untuk sampai di ruang keluarga. Dimana eyangnya sudah duduk di sofa tunggal di temani seorang suster yang selalu ada di sisinya.

"Siang, eyang," sapanya mencoba tenang. Tapi sesuai dugaan, tidak akan ada balasan seperti biasanya. Ya, lagipula apa yang Angel harapkan setelah kejadian ini.

Kemunculan Axel seiring dengan kepergian suster yang semula berdiri di sisi sofa eyang, memberikan ruang privasi bagi eyang dan kedua cucunya itu untuk membahas masalah mereka.

"Masalah baru lagi?" Vokal eyang memecah hening begitu Angel dan Axel sudah menempati tempat mereka. "Bukannya eyang sudah peringatin kalian terakhir kali?"

Heningan kembali menyapa, membiarkan Angel dan Axel terbunuh dalam kembungkaman mereka. Tak ada yang berniat membuka suara pertama kali, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Angel, benar beritanya?" Mata tuanya kini beralih menatap sang cucu perempuan yang masih setia dengan kebungkamannya.

Menahan napasnya sesaat, Angel mencoba mengontrol emosinya kian stabil. Dia harus bisa menjaga sikapnya di depan sang eyang agar bisa mendapatkan dukungan.

"Beritanya gak bener eyang, cowok itu yang coba dekatin Angel. Axel bahkan ada di sana malam itu," bantahnya. Netranya kini bergulir ke arah cowok yang masih setia diam di sampingnya. "Kan, Xel?"

"Iya eyang." Angguk Axel mengiyakan.

Validasi yang sempurna untuk mendukung permainan Angel selanjutnya.

AXELLE [END]Where stories live. Discover now