39. [PAIN]KILLER

2.8K 148 219
                                    

Haii bestieee!!! Jangan lupa pencet votenya dulu yaww sebelum baca🐾💅

•••

"Waktu lo ngerjain gue pakai kucing dan berakhir jatuh di tangga-tangga. Gue harus pakai gips dan tongkat hampir sebulan waktu itu."

Setelah penjelasan singkatnya semalam, Elle langsung meninggalkan Axel setelah mengambil kembali ponselnya. Membiarkan cowok itu tenggelam dalam diamnya... dan mungkin rasa bersalah. Karena lihat saja tatapannya pada Elle pagi ini.

"What?" desis Elle mulai tidak nyaman. Iris cokelatnya membalas tatapan Axel yang masih belum putus darinya-bahkan saat bi Nia menaruh sarapan mereka di atas meja.

"I'm sorry."

"For what?"

"For the past."

Ah, Elle mulai mengerti kemana arah pembicaraan mereka saat ini.

"Udah kejadian juga," balasnya cuek-kembali lanjut memakan yogurtnya.

"Anzalia..."

"Iya-iya," sahut Elle cepat. Sudah Elle jelaskan bukan semenggelikan apa jika Axel mulai memanggilnya dengan nama tengahnya.

"I'm really sorry to you."

"Stop Axel, you say that a lot. Selera makan gue bahkan mau ilang sekarang."

"But I feel it a lot."

"Kalau begitu gak usah di bahas lagi," lontar Elle. Selesai dengan yogurt granolanya, Elle bergegas meraih tasnya. Sekarang sudah nyaris setengah tujuh, yang berarti mereka harus berangkat sekarang jika tidak ingin terlambat.

"Buruan selesaiin sarapan lo."

"Maaf non, ini ada bucket bunga yang di anterin bagian resepsionis." Bi Nia memberikan bouquet bunga yang semula berada di tangannya ke hadapan Elle.

"Makasih bi," ucapnya.

Bouquet bunga matahari yang dihiasi dengan baby's breath itu berhasil menarik senyum Elle—menciptakan lengkungan indah seiring irisnya menatap. Dia bisa menebak dengan mudah dari siapa bunga ini di kirim, hanya dengan membaca kartu ucapan kecil yang terselip di antara bunga-bunga.

You're enough just as you're—Steve—-dapat dengan mudah Elle tebak. Hanya cowok itu yang selalu memberikan afirmasi seperti ini padanya-setiap kali Elle bangkit setelah terpuruk.

"Dari siapa?"

Owh, Elle melupakan cowok yang satu ini. Axel sudah menatapnya dengan kesal. Apakah Elle mengabaikan lagi ucapan cowok itu?

"Apa?"

"Bunganya dari siapa?"

"Dari pacar gue," jawabnya lugas. Senyumnya semakin mengembang kala melihat perubahan pada ekspresi Axel—sangat-sangat emosinya sepertinya.

"Gak ada pacar-pacar. Gue aja belum keterima jadi pacar lo. Nggak menerima saingan lain selain diri gue sendiri." Kekesalannya mulai meluap. Alisnya tertekuk tidak suka, selaras dengan tatapan tajamnya.

Hei, apa masalahnya? Memangnya tidak boleh Elle menjalin hubungan dengan orang lain?

Dengan cepat Elle menyembunyikan bouquet bunganya di balik punggung saat Axel akan merampasnya. "Don't touch what's mine!" Peringatnya tajam. Keberatan dengan sikap Axel yang terlalu ekspresif seperti ini.

"Okey fine, I'm sorry." Putus Axel meraih tasnya. "Udah setengah tujuh lewat," ujarnya sembari menunjukkan jam di layar ponselnya, mengingatkan kembali akan niat mereka sebelumnya.

AXELLE [END]Where stories live. Discover now