PROLOG 0.5

7.9K 293 3
                                    

Awal tahun di New York memang masih memasuki musim dingin, membuat matahari tenggelam lebih cepat tentunya di bandingkan musim panas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Awal tahun di New York memang masih memasuki musim dingin, membuat matahari tenggelam lebih cepat tentunya di bandingkan musim panas. Pohon natal dan hiasan-hiasan di sepanjang jalan bekas natal kemarin masih terpajang rapih, di temani perapian untuk menghangatkan rumah dan para penghuninya.

"Hai princess!" sapaan yang kelewat akrab itu berhasil menyentak Elle yang baru saja masuk ke dalam area dapur. Iris cokelatnya sedikit membola sebelum kembali normal bersama langkahnya yang tertuju ke arah oven yang sudah menguarkan bau cokelat.

"What are you making?" tanya Elle. Dirinya sedikit mengintip melewati kaca oven yang masih menyala, melihat langsung cake berwarna cokelat di dalam sana.

"Jangan dekat-dekat, itu panas," tegur Steven. Si pemilik iris cokelat gelap itu lantas berjalan ke arah Elle, merangkulnya dan langsung membawanya ke arah kursi yang berada di sisi kitchen island. "Gimana photoshootnya?"

"Hm.. good," angguk Elle seadanya. Tangannya bergerak mengambil segelas air putih dan langsun di teguk beberapa kali.

"Something wrong?"

Hah! Feeling seorang Steven Gerrad Connor memang tak pernah meleset akan Elle. Seakan punya radar yang sangat kuat di kepalanya dirinya bisa mengetahuinya hanya dengan gerakan kecil bahkan nada suara Elle.

Mendengkus kecil, Elle lantas langsung melarikan tatapannya ke arah Steven yang masih setia berdiri di sampingnya, "as you know, Wesley Archer never wants to let me go. He's so obsessed with me,"

"Kalau begitu biarkan aku yang mengurusnya," bujuk Steven meraih tangan Elle, menggenggamnya bersama sapuan halus yang di layangkan--berusaha meyakinkan si pemilik dark brunnete itu.

"Of course, no! I know what you think, Stev," tolak Elle menarik kembali tangannya dari genggaman Steven. Irisnya kembali bergulir ke arah lain kala mendengar helaan napas pendek dari pemuda di sampingnya. Sadar betul bahwa lagi-lagi dia telah menambah beban dalam pikiran teman sedari kecilnya itu. "You don't have to worry, lagi pula aku tak lama lagi akan pergi,"

Kembali ke topik ini. Sepertinya Elle tadi melupakan sejenak fakta bahwa Steven tak pernah rela dirinya harus meningglkan New York. Karena saat ucapan yang harusnya terdengar sebagai penghibur itu justru menjadi pemati kehangatan di antara mereka. Bersama dentingan dari oven yang menandakan cake buatan Steven sudah jadi, pemuda yang berbeda 3 tahun di atasnya itu berjalan menjauh setelah Elle mendapati dengan jelas rahangnya mengetat keras--menunjukkan bahwa dia berusaha menahan gejolak emosinya.

Lagi, detik terlewatkan bersama keheningan yang membunuh. Membiarkan kedua insan yang berada di ruangan yang sama itu sibuk dengan aktifitas mereka--Elle dengan jari-jarinya yang memainkan pinggirin gelas dan Steven yang sibuk memindahkan sekligus menata cakenya.

Tapi seperti banyaknya kejadian, bukan kah selalu ada pihak yang mengalah dan menurunkan egonya? Sama halnya dengan Steven. Dari pada tersiksa tidak berkomunikasi dengan Elle, pemuda itu nyatanya lebih memilih untuk berperang dengan batinnya dari pada harus saling menjauh.

"Coba lah, aku sudah memisahkan lelehan cokelatnya," ucap Steven menyodorkan piring kecil yang berisikan lava cake buatannya Ya, walaupun dirinya hanya mengambil potongan luar dan menyisihkan cokelatnya.

Tak peduli mengenai dirinya yang malah menghancurkan cakenya sendiri, Steven sudah cukup senang kala Elle menerimanya dengan seulas senyum yang perlahan hadir. Nyatanya kenyamanan gadis itu adalah prioritasnya melebihi apa pun.

"Aku akan memakannya sambil berendam," ucap Elle sembari beranjak dari kursinya.

Saat kakinya sudah akan melangkah Steven kembali menahannya, membuatnya menatap si pemilik black hair itu penuh kebingungan. "Are you sure wanna go back?" nada khawatir yang berusaha untuk di tutupi itu jelas bisa di tangkap Elle dengan jelas. Membuatnya kembali memutar tubuhnya sepenuhnya ke arah Steven dengan senyum yang setia tercipta.

"Iya, Mr. Protective, I'm pretty sure. Bukan kah semua manusia setara di dunia ini?" dengan pelan Elle memberikan sapuan halus di sepanjang garis rahang Steven, mengelusnya sebelum akhirnya berhenti di pipinya. Selaras dengan iris keduanya yang bertemu dalam satu garis tatap yang lurus, "setidaknya mereka harus merasakan dampaknya, Stev,"

Untuk waktu 2 sekon mereka tenggelam dalam keheningan dan tatap yang tak pernah putus, hingga Elle menarik dirinya menjauh dan kembali berjalan pergi.

"El!"

Kali ini hanya langkahnya yang tertahan, membiarkan Steven melanjutkan perkataannya dari belakang sana.

"I love you as you're. Jangan terlalu memaksakan diri kamu El, you're pretty as you know."

-TBC💌-

AXELLE [END]Where stories live. Discover now