Bagaimana jadinya jika Jung Jaehyun adalah pelabuhan terakhirmu? Akan ada banyak kisah tentangmu dan tentangnya, dimulai dari pertemuan kalian, saling jatuh cinta, memiliki hubungan sebagai sepasang kekasih, lalu memutuskan untuk membina rumah tangg...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Lima hari opname, tidur dengan ala kadarnya karena kamu yang nggak pernah bisa tertidur pulas ketika saat berada di rumah sakit ngebuat kelopak mata kamu mulai menghitam, terlihat sangat jelas saat kamu bercermin. "Kayak panda," decakmu pelan.
Sejujurnya kamu malu karena Jaehyun melihat kondisi kamu yang cukup menyedihkan beberapa hari belakangan. Selama lima hari nggak mandi, cuma bisa gosok gigi, cuci muka dan ngebasuh seluruh tubuh pakai handuk yang mama kamu bawa dari rumah ala kadarnya.
Tetap aja kamu merasa malu berada di dekat Jaehyun pada saat itu. Padahal Jaehyun sendiri cuek. Mau kamu nggak mandi pun dia tetap sayang sama kamu. Mau kamu nggak pakai skincare rutin di setiap malamnya atau kamu nggak keramas selama seminggu, dia juga santai-santai aja. Nggak merasa kebauan atau yang gimana-gimana. Cuma kamunya aja yang terlalu sensitif sama bau. Maka dari itu kamu selalu meminta Jaehyun buat menjaga jarak.
"Sanaan duduknya Mas, jangan deket-deket."
"Kenapa sih memangnya? Udah sering aku bilang kalau kamu itu nggak bau."
"Aku tuh lagi jelek."
"Itu menurut kamu. Nggak ada aku bilang kamu jelek ya. Lagian kenapa sih? Wajar karena kamu lagi di rumah sakit. Nggak bisa banyak gerak dan nggak bisa banyak main air."
"Ah, aku tuh malu!! Mending kamu pulang aja sana. Istirahat di rumah. Aku lagi insecure."
Jaehyun malah ketawa sehabis mendengar celotehan kamu yang terlihat lucu di matanya. Bisa kebayang dong kalau kamu lagi hamil anak dia gimana nanti.
Kamu mendesah pelan. Menyentuh wajah kamu yang terpantul di cermin. "Ya ampun, kok pipi gue jadi melebar gini ya? Berasa gendut juga. Apa karena kebanyakan infusan? Ini pasti Mas Jaehyun ngelihat gue jelek banget deh. AHHHH MALUUU BANGET!!"
"Kakak!!"
Cilla berdiri di ambang pintu, dia memasuki kamar kamu dan bergerak menyentuh lengan kamu sambil menggoyangnya pelan.
"Kakak sakit ya?" tanyanya khawatir. Bibirnya membentuk sebuah lengkungan ke bawah pertanda kalau dia bakalan nangis sebentar lagi. "Kakak mau pingsan ya?"
Wajahmu menunduk, melihat adik kamu yang tampak khawatir. "Nggak Cilla. Kakak nggak apa-apa. Kakak cuma lagi merasa jelek aja," jawab kamu.
"No, siapa yang bilang? Kakak selalu cantik. Kak Jae juga pasti setuju sama Cilla."
Kamu sadar kalau adik kamu itu lagi mencoba menghibur kamu. "Sini peluk, kemarin Cilla nangis karena Kakak kan? Kakak minta maaf ya?"
Gadis cilik itu mulai merangkak naik ke pangkuan kamu, lalu merengkuh tubuh kamu. "Kakak jangan sakit. Cilla nggak suka Kakak sakit."
"Iya Cilla. Kakak nggak akan bikin Cilla dan yang lain khawatir lagi."
Kamu mengecup pipi dan surainya bergantian. Mama kamu yang kebetulan berencana memanggil anak-anaknya pun tersenyum melihat interaksi kalian.
