Kehadiran Taya

183 62 2
                                    

Rencana hanya tinggal rencana. Rencana yang sudah kamu susun sedemikian rupa akhirnya harus gagal karena bocah bernama Taya. Bagaimana mungkin kamu bisa menolak usaha keras dia yang udah membujuk kamu sedemikian rupa.

Bagai makan buah simalakama. Nggak tahu kenapa kamu harus ada di dua pilihan menemani Taya bertamasya atau menerima undangan sang papa untuk makan malam bersama. Semuanya terlihat mustahil buat kamu menolak. Apalagi kamu nggak berdaya saat melihat Taya menangis sesegukan. Mana tega kamu melihat anak kecil menangis seperti itu. Alhasil kamu berbicara dengan Jaehyun. Meminta pendapat dia yang meskipun kamu sadar kalau dia sempat kesal dengan sikap Taya.

"Itu bocil kematian kenapa nempelin kamu terus sih, heran banget aku. Suruh Bapaknya cari istri baru lah jangan kamu mulu yang direpotin."

"Dari kedua pilihan yang kamu ceritain ke aku, nggak ada yang masuk akal sayang. Mana ada dinner cuma bertiga? Logikanya kalau memang bapaknya niat bikin acara buat ngerayain ulang tahun anaknya bukan begitu caranya. Itu mah cuma modus dia aja biar anaknya semakin deket sama kamu."

"Bukannya aku nggak ijinin atau batasin ruang gerak kamu. Atasan kamu itu sikapnya semakin mengada-ngada aku lihat-lihat."

"Ya jelas, kalau kita nikah nanti. Kamu harus resign dari kantor dia. Atau kamu pindah dari sekarang aja apa ke kantor aku?"

"Yang, nggak bisa jalannya pas aku balik dari Bandung aja? Biar aku bisa temenin kamu nanti."

"Iya sih, sebetulnya aku juga males berurusan sama bocil kematian. Kalau kamu lagi hamil nanti sering-sering bilang amit-amit, jangan sampai anak kita nanti kayak dia."

"Bukannya nggak ikhlas. Aku cuma khawatir. Tolong kamu bisa bedain ya. Aku ijinin kamu jalan sama bocah itu besok. Cuma temenin dia jalan-jalan. Nggak ada dinner-dinner. Ok?"

"Good. Pinter pacarnya Jaehyun. Kamu nggak perlu minta maaf sayang. Kita bisa atur jadwal lagi buat jalan-jalan ke Bandung. Nggak usah mikirin ceweknya Nayuta."

Itulah beberapa penggalan obrolan kamu bareng Jaehyun semalam. Beruntung Jaehyun nggak melarang kamu dan dia mengerti posisi kamu saat ini. Setelah pertengkaran kemarin kamu merasa Jaehyun lebih tenang dalam bersikap. Sadar betul kalau dia sedang cemburu tapi dia berhasil menempatkan diri sesuai porsinya dan nggak terlalu berlebihan.

"Tante!" Lamunan kamu buyar saat seseorang meneriaki nama kamu. Bocah kecil itu berlarian di tengah keramaian ngebuat kamu berjalan menghampiri dia.

"Kenapa lari-lari nanti Aya jatuh?"

"Aya kangen sama Tante!"

"Tapi lain kali jangan gini lagi ya? Tempat ini ramai, jadi, Aya harus lebih berhati-hati kalau berada di tempat seramai ini. Aya ngerti kan?"

"Iya Tante cantik."

Kamu mengulas senyum sambil mengusap surai pendeknya. Baru sadar kalau dia baru aja memangkas rambutnya seperti Dora. Jemari yang lebih kecil itu menautkan jemarinya di jemari kamu. Dengan wajah sumringah Taya berjalan beriringan dengan kamu sedangkan sang papa mengekori kemana pun kalian pergi.

"Jadi Aya mau naik wahana apa dulu?"

"Itu," tunjuknya ke arah komedi putar.

Kamu mengangguk setuju. "OK."

"Papa nggak usah ikut. Papa disini aja nanti foto-foto Aya sama Tante ya?"

Bisa-bisanya bocah itu memerintah. Memang buah nggak jatuh dari pohonnya. Atasan kamu cuma bisa mengangguk pasrah. Sebagai orang tua dia cuma mau buat anaknya senang. Apa yang Taya minta mutlak bagi Theo. Taya merupakan anak satu-satunya yang dia punya. Jadi sesulit apapun itu Theo akan berusaha mengabulkan keinginan Taya.

MARRIAGE LIFE WITH J (Jung Jaehyun - Husband Series)Where stories live. Discover now