Cemburu

289 84 1
                                    

Hari ini bakalan jadi hari terpanjang menurut kamu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari ini bakalan jadi hari terpanjang menurut kamu. Gimana enggak? Kamu bakalan seharian sama sang mantan di lokasi kerja. Mendadak kamu jadi dibuat nggak tenang. Bingung sendirian, mau nolak juga percuma karena kamu udah terlanjur mengiyakan permintaan atasan kamu lebih tepatnya kamu dipaksa untuk mengiyakan.

"Duh, nggak bisa bayangin gimana akwardnya nanti. Meskipun harus bersikap profesional. Kayak ngerasa aneh aja nggak sih?"

Nggak tahu dari tadi kamu cuma ngobrol sendiri, nanya sendiri jawab sendiri sampai Qian Kun cuma bisa geleng-geleng kepala ngeliatin kamu.

Jam udah menunjukkan pukul sembilan pagi tapi kamu masih betah di kantor. "Duh, ini waktu malah cepet banget lagi. Nggak berasa udah jam sembilan aja. Perasaan tadi baru jam tujuh."

"Apa mending gue kesana duluan aja ya? Lagian ngapain juga Pak Theo minta Doyoung buat kemari? Kan bisa ketemuan di sana aja. Manja banget itu duda satu."

"Astaga, pengen minjem rumah keong aja rasanya."

"Y/N?" Kamu nggak denger kalau kamu dipanggil-panggil dari tadi. Suara gebrakan meja ngebuat kamu tersadar. "Kamu ngapain masih di situ? Doyoung udah sampai. Cepat kamu siap-siap."

"Hah?"

Kamu menoleh ke arah pintu, tepat di ambang pintu masuk sudah ada Doyoung yang berdiri di sana dengan wajah yang super tampan dan senyum yang begitu menawan. Dalam hati kamu nggak terima. Kenapa mantan malah makin tambah ganteng sih?

Qian Kun melirik ke arah kamu sekilas. Dia menyentuh lengan kamu pelan. Menyadarkan kamu dari lamunan. "Mas tahu kamu terpesona. Tapi jangan kayak gini juga. Inget dia udah jadi suami orang," ujarnya pelan.

Kamu mendadak lesu. Hampir aja kamu melupakan satu fakta. Ternyata masih ada rasa yang tertinggal untuk dirinya. Kamu nggak bisa bohong kalau magnet Doyoung itu kuat banget buat kamu. Semua kenangan yang mau kamu lupain tiba-tiba muncul gitu aja. Nggak sadar kamu menjambak rambut kamu frustasi. Untungnya Doyoung udah memasuki ruangan atasan kamu itu.

"Yang kuat ya?"

"Mas, aku mau resign aja kalau gini caranya," jawab kamu mendramatisir.

Setelah menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan, kamu mengekori atasanmu dan juga Doyoung untuk memasuki mobil. Nggak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir kamu tanpa berniat mendengarkan apa aja yang mereka obrolin di depan. Iya, kamu duduk seorang diri di kursi belakang dengan Doyoung yang sedang menyetir.

Sejak dulu kamu paling suka banget kalau ngelihat Doyoung nyetir. Nggak tahu kenapa, dia kalau lagi nyetir bisa berkali-kali lipat lebih ganteng.

Kamu mengusap wajah kamu secara kasar. Doyoung yang lagi merhatiin kamu dari kaca spion tengah pun mulai bertanya-tanya.

"Kamu sakit?" tanya Doyoung. Kalimat pertama yang dilontarkan oleh Doyoung untuk kamu. Baru kali ini kalian mulai berinteraksi lagi setelah beberapa menit kalian bertemu.

"Saya nggak apa-apa," jawab kamu sekenanya.

Theo yang merupakan atasan kamu pun mendadak menoleh dan menatap kamu. "Seharusnya kamu bilang kalau memang lagi sakit."

"Hati saya Pak yang sakit," batin kamu berucap. Kamu nggak menggubris ucapan atasan kamu. Merasa bodo amat dengan mereka yang menganggap kalau kamu nggak sopan sama atasan kamu. Doyoung sendiri pun tahu gimana Theo memperlakukan kamu karena kamu sering cerita sama dia, gimana nyebelinnya Theo kalau lagi mode senggol bacok.

Kembali lagi kamu memilih untuk memainkan handphone kamu. Untungnya ada Jaehyun yang setia menemani kamu chating-an jadi kamu nggak merasa bosan.

Nggak membutuhkan waktu lama untuk kalian sampai di tempat yang dituju. Proyek pembangunan di salah satu lahan yang cukup luas yang tadinya jadi area pasar tradisional dan bakalan disulap menjadi pasar modern.

Kamu mengikuti setiap pergerakan atasan kamu. Beban yang kamu bawa pun nggak terlalu berat dan nggak juga ringan. Doyoung berniat membantu kamu untuk memasangkan helmet berwarna kuning itu. Beruntung kamu bisa menghindarinya dengan cepat. Pria itu menatap kamu dengan raut wajah kesal karena kamu menolak bantuannya.

Bukankah memang hal itu yang harus kalian lakukan? Kamu masih memiliki tangan untuk memasang helmet tersebut di kepala kamu. Kenapa harus Doyoung bersusah payah membantu?

Nggak ada hal yang cukup aneh, kamu merasa bahwa semuanya berjalan dengan sebagaimana mestinya sampai siang menjelang dimana waktu istirahat pun tiba. Semua pekerja menghentikan aktivitasnya begitu pun kamu. Kepala kamu mendadak pusing karena terlalu lama berdiri dan berjemur di tengah teriknya matahari.

Doyoung yang melihat itu segera menggeser tubuhnya untuk mendekati kamu. Sejak tadi dia meminta kamu untuk duduk di depan toko kelontong yang nggak jauh dari tempat kalian berdiri. Tapi kamu bersikeras buat tetap berdiam diri mengawasi para pekerja karena kamu sudah mendapatkan mandat dari atasan kamu.

"Aku udah sering minta buat kamu duduk di sana aja, kenapa masih ngeyel, hum?" Doyoung menarik pergelangan tangan kamu ngebuat kamu semakin dekat sama dia. 

"Doy, ini di tempat kerja."

"Ya terus? Nggak mungkin aku ngebiarin kamu panas-panasan gini. Ayo cari makan,"

Kenapa harus seperhatian ini sedang kamu sama dia cuma sebatas rekan kerja sekarang?

"Saya bisa sendiri." Kamu menarik pergelangan tangan kamu. Berusaha menjauh dari dia. Kasihan sama hati kamu kalau ujung-ujungnya bakalan luluh juga karena perhatian dia.

"Kamu harus makan."

Kamu menatap dia dengan tatapan nanar. "Iya, saya pasti makan. Tapi nggak harus sama kamu juga kan? Saya rasa, kita tetap harus menjaga jarak."

"Kenapa harus?"

"Karena Anda sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan dia. Hanya sebatas rekan kerja kan sekarang? Jadi tidak usah peduli apalagi perhatian dengan dia."

Kamu menoleh ke arah sumber suara. Ada Jaehyun yang udah berdiri di belakang kamu. Entah sejak kapan pria itu sudah berada di sana. Kamu terlihat heran, mengapa Jaehyun tahu lokasi kamu saat ini dan apa yang dia lakukan di sini?

"Kamu siapa?"

"Kayaknya nggak terlalu penting juga buat Anda tahu siapa saya. Memang itu yang seharusnya kalian lakukan. Menjaga jarak. Apa Anda lupa kalau Anda sudah beristri?"

"Dia siapa Yourname?" tanya Doyoung menuntut. Pusing banget kepala kamu. Di tengah teriknya sinar matahari justru dua pria yang lagi ada di sekitaran kamu ini ngebuat kamu bingung. Kenapa harus ada adu mulut? Memangnya nggak bisa dibicarain baik-baik.

"Yourname," panggil Doyoung lagi dengan rahang yang semakin mengeras. Apa pedulinya?

Jaehyun berdecak pelan sedangkan kamu memilih untuk berjalan lebih dahulu meninggalkan area proyek.

"Saya calon suaminya. Jadi saya harap Anda sadar akan batasan," jelas Jaehyun. Tentunya kamu nggak mendengar ucapan dia karena kamu semakin menjauh dari area.

"Ayo makan siang bareng," ajak Jaehyun menarik lengan kamu setelah dirinya berjalan sejajar dengan kamu.

"Kamu ngapain?"

"Apanya?"

"Kamu ngapain ke sini?"

"Dibanding dia, saya yang lebih cemburu."

"Jangan bercanda."

"Di mata kamu saya terlihat bercanda ya? Hari ini saya nggak fokus kerja cuma karena mikirin kamu yang bakal seharian bareng sama mantan."

Nah loh, kamu nggak tahu kalau Jaehyun bakalan kayak gini di hari ini. Rasanya kamu nggak percaya kalau dia lagi bicara jujur. Kamu meyakini diri kalau dia cuma bercanda. Jaehyun nggak akan seserius itu apalagi kalian belum lama saling mengenal.

MARRIAGE LIFE WITH J (Jung Jaehyun - Husband Series)Where stories live. Discover now