Sebuah Rencana

206 65 2
                                    

Nggak tahu kenapa kamu merasa banyak banget cobaan yang datang silih berganti setelah kamu menjalin kasih dengan Jaehyun. Belum lama berbaikan dengan kekasih hati pujaan bangsa, kembali lagi kamu dihadapkan pada pilihan yang ngebuat hubungan kamu berada diujung tanduk.

"Kenapa harus saya sih Pak?" tanya kamu nggak mengerti. Dari banyaknya pegawai yang beliau punya kenapa harus kamu yang menjadi korban?

"Nggak mau?"

"Bukan nggak mau, masalahnya ini sudah keluar dari ranah kerjaan."

"Saya minta tolong sama kamu. Anak saya sendiri yang minta kamu buat datang ke acara makan malam. Anggap saja ini sebagai kado spesial di hari ulang tahunnya."

Sejujurnya nggak masalah kalau kamu menerima undangan atasan kamu dan datang di acara makan malam perayaan ulang tahun anaknya tapi masalahnya kamu udah nggak sendiri lagi apalagi orang yang sempat buat kamu bertengkar sama Jaehyun ada di depan kamu sekarang.

"Kamu takut sama pacar kamu?"

"Bukan begitu, Pak."

"Terus apa. Mau aja kamu pacaran sama cowok posesif gitu. Belum jadi suami saja sudah berani mengatur hidup kamu. Berani membatasi ruang gerak kamu. Kalau saya jadi kamu, sudah saya putuskan cowok kayak dia."

"Pak, saya rasa ini sudah masuk ke ranah privasi saya dan tolong jangan berpikiran negatif tentang pacar saya karena sejujurnya Bapak nggak punya hak buat itu."

"Jadi bagaimana? Kepala saya pusing mendengar rengekan dari Taya setiap saya pulang kerja. Dia kangen sama kamu katanya. Saya harus bilang apa kalau Tante kesukaannya nggak mau hadir di acara ulang tahunnya nanti?"

Kenapa Pak Theo malah bikin gue kejebak dalam siatusi sulit gini sih? Gimana cara gue nolaknya dan gimana sama Jaehyun? Apa mungkin gue ijin sama Jaehyun dulu? Tapi jujur gue nggak mau ribut sama dia lagi.

"Biar saya yang bilang sama Taya sendiri."

"Yasudah saya minta supir buat antar Taya ke kantor setelah dia pulang dari sekolah."

"Pak sebelumnya saya mau minta maaf dan mungkin ini terkesan tidak sopan. Tapi kalau boleh, misal Bapak punya perasaan tertentu buat saya, tolong buat hilangkan itu," ungkap kamu jujur.

Rasanya capek banget kalau lagi-lagi kamu harus bertengkar dengan Jaehyun. Hanya dengan cara ini, mencoba menegaskan kepada atasan kamu agar dia mengerti situasinya dan bisa menempatkan diri. Nggak ada maksud lain apalagi bertindak nggak sopan sama atasan kamu sendiri. Terkadang kamu juga berpikir bahwa apa yang atasan kamu lakukan sungguh keterlaluan.

Pak Theo tertawa ngebuat kamu menatap wajahnya dengan heran. Apa ada yang lucu dengan permintaan kamu barusan?

"Lucu."

Hah? Apanya yang lucu?

"Kembali ke meja kamu. Saya nggak mau kamu bahas masalah ini lagi. Perihal hati terserah saya dong mau punya rasa lain sama kamu ataupun tidak. Lagipula kamu nggak berhak buat itu. Kamu nggak berhak melarang orang lain buat menyukai atau membenci kamu, Nona Yourname."

Kamu cuma bisa berdiam diri menatap nggak percaya ke arah atasan kamu. Terus apa kamu dapat jawaban? Nggak, kamu nggak mendapatkan jawaban apapun. Terdengar abu-abu apa yang diucapkan atasan kamu tadi. Entah dia tidak menyukai kamu atau justru kebalikannya. Tetapi, kalau kamu berpikir lagi apa yang atasan kamu bicarain tadi ada benarnya. Kamu nggak punya hak buat melarang orang yang menyukai atau membenci kamu karena mereka memiki hak untuk itu.

"Kalau begitu saya permisi." Nggak ada kata lain yang kamu ucapkan lagi. Kamu berjalan ke arah kursi kamu dengan tatapan kosong. Masih mencerna jawaban yang kamu dapat.

MARRIAGE LIFE WITH J (Jung Jaehyun - Husband Series)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon