45

500 95 8
                                    

KANGEN KALIAN BANGET LOOOH

Selamat membaca yaah

**

Sayur asem kuning dan pepes tahu menjadi tujuan Biru berada di dapur, bukan hidangan mewah tapi hidangan rumah yang bisa meningkatkan nafsu makan. Biru ingat saat pertama kali mereka satu rumah, dia menyajikan hidangan yang sama untuk makan malam.

"Kalian datengnya dadakan, jadi cuma ini yang ada di kulkas gue." Ucapnya saat itu.

Kemudian hari ini terjadi kembali, kedatangan tamu jauh alias orang tua Attala – Jero membuatnya kembali bernostalgia.

"Gulung yang bener Hos, kalo ada yang kebuka nanti kemana-mana tahunya."

"Siap!" Seru Hosea, kembali fokus menggulung lembaran daun pisang yang diatasnya diisi tahu beserta ikan teri. Melihat mentahannya saja Hosea sudah meneteskan air liur apalagi saat nanti lidahnya mengecap makanan tersebut.

"Gue nggak mau ada kejadian Putra part dua ya Hos, walaupun kita serumah suka tukaran baju, bukan berarti gue mau bertukar jigong sama lo." Celetuk Biru langsung menarik kesadaran Hosea untuk kembali fokus.

"Itu mah emang dia nya aja yang kelewat pinter."

"Ya terserah semacam itu lah."

Hosea meletakkan sendok, menghampiri Biru kemudian berbisik dengan mata melirik kearah ruang tamu posisi Attala berada.

"Menurut lo, apa yang di bicarain di grup bener nggak, Bang?"

"Yang mana?"

"Yang itu–"

"Attala punya adek lagi?"

"Ih anjir, suara lo.." Pekik Hosea disertai tangan yang bergerak untuk memukul lengan Biru, dia agak kena mental karena Biru berbicara cukup keras.

"Kalau menurut gue nggak sih."

Hosea mengernyitkan dahi, kenapa hanya Biru yang beragumen beda? Kalau Yudha dan Namu memang tidak beropini memilih diam sebagai jalan ter aman nya.

"Kenapa nggak?"

"Kalau beneran punya adek, ngamuklah si Jero."

Benar juga, pikir Hosea.

"Tapi ya bisa aja? Nggak ada yang tahu takdir."

Biru berbalik arah menatap Hosea. "Lo mending lanjutin deh Hos, daripada pusing mikirin gituan." Hosea terkekeh, habisan dia mendadak kepo dengan topik menarik ini, terlalu sayang juga untuk dilewatkan.

"Lo liat Yudha nggak?" Tanya Biru.

"–suruh beli gas, pantes gue dari tadi nyium bau gas, gue kira bau lo Hos."

"Sia blegug Bang." Umpat Hosea, tapi dia tetap melakukan apa yang diperintahkan oleh Biru.

"BANG YUD!"

Yudha yang tengah duduk di sofa menoleh ketika suara Hosea memekik kan telinga nya. Tak berbicara melainkan menatapnya dengan penuh arti.

"Hehe maaf, gue kira lo di kamar. Disuruh beli gas, sama Bang Biru."

"Oke."

Mata Hosea mengerjap lucu, seriusan semudah itu? Wah, dia baru tahu jika pemuda irit bicara seperti Yudha bisa penurut.

"Lo liat Putra?"

Hosea menggeleng. "Masih di jalan dikit lagi juga sam–"

"HALO EVERYB– Bjir mau dibawa kemana gue?!"

"Ikut gue beli gas." Singkat, padat, dan jelas.

Putra yang baru saja sampai, belum sempat melepas sepatu sudah kembali diseret oleh Yudha. Lihatlah betapa betapa menjengkelkan abang nya satu ini.

"Nggak mau!"

"Ikut gue."

"Nggak– BANG BIRUU!"

"Nggak akan dia belain lo, karna dia yang nyuruh gue beli gas."

"ARGHH!"

**

"Dari taman ke kiri ya Pah." Unjuk Jero ketika mobil yang dinaiki nya memasuki perkomplekkan rumah Biru. Ini memang pertama kali kedua nya bertamu ke rumah Biru.

"Asri ya Dek daerahnya, enak buat jogging."

Jero mengangguk. "Aku sering diajak jogging sama Bang Namu."

"Namu itu, yang badannya tinggi dan besar itu ya?" Tanya Bunda sampai kepala nya menoleh kearah Jero.

"Hooh– Pah, rumah paling pojok warna pink ya."

"Siap bontot." Ucap papa, memberikan jempol.

Berbeda hal nya dengan situasi di dalam mobil yang begitu tenang, situasi di luar mobil justru begitu ramai dengan pertengkaran Yudha dan Putra yang tak kunjung selesai.

"Tadi lo nyeret gue cuma beli gas ya nyet! Kok sekarang malah nyuruh gue angkat galon sekalian, hah?!"

"Ya sekalian."

"Enak banget lo nyuruh sekalian, lo kata ngangkat balon nggak butuh tenaga?" Sewot Putra.

"Bilang aja lemah, panjang banget ngomongnya." Jawab Yudha santai seperti tak punya salah. Sedangkan Putra sudah dari tadi terbakar sumbu nya.

"Wah, begaduh lah kita Bang!"

"Bang Put! Bang Ay! Minggir dong, mobil nya mau masuk!" Teriak Jero, dari dalam mobil setelah setengah kaca nya terbuka.

Putra dan Yudha sama-sama minggir, memberi jalan mobil fortuner hitam yang memasuki perkarangan rumah Biru. Kedua nya sempat berkontak mata dengan Bunda Jero yang melayangkan senyum ramah dan dibalas oleh kedua nya.

Setelah mobil tersebut masuk, keduanya kembali pada pertengkaran tak berdasar.

"Bun, Pah, masuk aja. Orang gila."

"Hush adek, ngomongnya.."

"Seru-seru ya abang kamu, Jer." Ujar Papa singkat, dengan mata yang melihat sekeliling perkarangan, setelah turun dari mobil.

"Papa, Bunda!" Seru Attala, keluar dari dalam rumah sehabis mendengar suara mobil.

"Eh si ganteng nya Bunda." Tubuh Attala ditarik mendekat untuk direngkuh oleh bunda, begitupun dengan sang papa bedanya diakhir pelukan keduanya saling menjulurkan tangan untuk melakukan tos.

"Oh iya, Bunda mampir sini dulu ya pas malam ke hotel sekalian nyari gudeg."

"Loh, kenapa nggak disini aja Bun?"

"Rumah sebesar ini Bunda yakin juga masih kurang buat kalian, apalagi kalau ditambah kami?" Bunda terkekeh, melangkah masuk bersama papa.

Tersisa Jero dan Attala, keduanya saling bertemu pandang. Mencoba saling bertukar cerita tanpa kata, terdengar mustahil tapi tak ada yang mustahil diantata keduanya.

Attala merangkul bahunya erat, mengusak kepala belakang Jero. "Enak ya jalan-jalan?" Jero mengangguk. Kemudian menoleh ke belakang, tepat dimana Putra dan Yudha yang masih saling beradu mulut. "Itu berdua nggak papa?"

"Bang Biru!" Teriak Attala, membuat Biru langsung menghampirinya. "Apa? Kenapa?!"

"Liat noh berdua, gas nya belum di masukkin."

Biru memicingkan mata, kemudian berseru. "YUDHA–PUTRA! MASUK NGGAK LO BERDUA?"

Bak anak yang dimarahi ibu nya, kedua manusia yang terlalu lama cekcok itu, luntang-luntang membawa galon dan gas secara bersamaan. Dibuntuti oleh Biru, sampai kedua barang tersebut aman di dapur.

"Harus sama biangnya Dek."

"Haha iya juga."

"Lo juga."

"Gue? Kenapa?"

"Ajak gue kalo pergi kemana-mana, biar lo atau pun gue nggak ngerasa sendirian."

**

I hope you like it yah, ily♡

CHAPTER 2Where stories live. Discover now