33

567 94 9
                                    

Selamat membaca dari aku yang masih ter yoongi-yoongi ♡

Selamat membaca dari aku yang masih ter yoongi-yoongi ♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Entah keberapa kalinya mereka menginjakkan kaki di tempat keramat ini, ada rasa muak dan traumatis untuk kembali mengingatnya

Mereka menunggu di depan ruang operasi setelah beberapa menit lalu Attala dibawa masuk ke dalam sana dengan tubuh terbaring lemah. Biru tak berhenti merapalkan doa, Hosea jengah ketika melihat yang tertua tak bisa diam bergerak kesana-kemari. “Bang- duduk apa diem. Gue pusing liat lo kayak gitu.” 

Biru mengangguk, berpindah duduk tepat disamping Hosea kemudian kembali merapalkan doa, namun kembali membuat Hosea pening sebab kini kakinya tak bisa diam untuk bergerak naik turun.

“Bang-“

“Diem dulu Hos, gue panik. Sepupu gue di dalem, gue harus kasih kabar apa ya sama si Om tentang anaknya.”

Keduanya menghela napas, melihat ke sebrang dimana yang paling bontot terdiam memandang lantai dengan kedua tangan yang masih berjejak darah Attala.

“Dio, anak rektor jadi tersangka. Khatir nyebut dia pas masa introgasi. Khatir ngaku make narkoba bareng sama Dio.” Ujar Namu datang dengan napas terengah.

“Kontol. Dia yang kriminal ngapa sohib gue yang kena tusuk, alah tai.” Umpat Putra menendang udara. Frustasi sekali melihat Attala tak sadarkan diri seperti orang mati, tubuhnya sudah lemas luar biasa.

“Grup rame, mau tau keadaan Attala. Gue bilang aja, doain yang terbaik buat kesadarannya. Tapi kayaknya bakal kecium kalo Attala dirawat disini.” Ujar Namu melihat notifikasi ponselnya yang tak berhenti berbunyi.

“– dan Dio dalam pencarian, alias dia buronan." Lanjut Namu, memandang lurus ke arah yang lain.

Keempatnya saling melempar pandang, akan jadi hal buruk jika Dio mendekati rumah sakit ini. Attala bisa dalam bahaya– tidak semuanya bisa dalam bahaya mengingat seberapa gilanya orang itu.

Tiba-tiba saja Jero beranjak melangkahkan kaki sebelum tubuhnya dihadang oleh Namu. "Mau kemana?"

"Cari Dio."

Namu menggeleng. "Nggak, Dio bahaya."

Jero menoleh cepat, menatap tajam manik Namu yang tidak gentar ketika matanya menyiratkan tanda ketidaksukaan atas jawaban itu. "Terus lo mau liat abang gue dalam bahaya lagi?"

"Nggak gitu–"

"YA TERUS? GUE UDAH NGGAK PERCAYA KALIAN!" Jeritnya membuat Biru dan Hosea sontak berdiri juga Putra yang semula menghadap dinding kini membalik badan.

"Mana? Katanya mau saling jaga? Apa yang kalian jaga?" Tanya dia bergantian menatap para kakaknya.

"Kita nggak mau ada yang tumbang lagi Jer.. cukup Attala nggak lo atau salah satu diantara kita." Ujar Biru memberi pengertian pada Jero yang begitu ringkih ditambah dengan luka di wajah yang belum diobati.

CHAPTER 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang