20

496 79 47
                                    

Maafin gaes banyak typo di part sebelumnya, jaringan aku lagi error jadi wattpad aku ikut ngebug

🔞 sedikit 🤏🏻

**

Hati risau bukan main, Yudha terduduk di depan teras menunggu kedatangan Biru. Firasatnya buruk sejak tadi, tapi tidak tahu apa yang dikhawatirkan.

Siapa pula yang memakai hoodie abu—

"Shit."

Dia ceroboh, tidak akan mengira jika ternyata bisa menimbulkan kekacauan lebih dari ini. Yudha beranjak untuk menaiki tangga rooftop sedikit lebih cepat. Mencoba mencari bukti jika prasangka nya tidak lah benar, namun sebelum sampai anak tangga terakhir bunyi klakson mengalihkan fokusnya.

"Bukain!"

Yudha terdiam tak bisa menahan rasa gugupnya, tekanan yang diberikan Biru ketika turun dari mobil langsung menghampirinya dengan tatapan berbeda, sudah pasti ini bukan Biru.

Biru menyerahkan kantung belanja yang terisi penuh dengan tangan menjulur kearahnya. "Bawain."

"I—ya." Dia dibuat mati kutu dengan sisi lain Biru. Ini bukan pertama kalinya karena Biru pernah melakukan hal yang sama sebelumnya, ketika dia tumbang lalu dirawat sebab usus buntu nya pecah.

Genggaman pada kantung belanja mengerat, dia siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi karena menyembunyikan hal besar di rumah milik Biru.

"Bang—"

Yudha memejamkan mata ketika biru berbalik mengarah kearahnya. "Lo gila ya, Ay?"

"Gue bisa jelasin."

"Apa yang mau lo jelasin, hah?" Sahut Biru tidak mau kalah, emosinya tersulut sekadar melihat wajah Yudha yang tiba-tiba terlihat memuakkan.

"Nggak kayak yang lo pikir—"

Biru semakin mendekat ke arahnya, demikian langkahnya pun ikut mundur. "Apa yang lo tau tentang pikiran gue? Cenayang lo?"

"Bang–" Yudha benar-benar tersudut. Biru tidak memberikan kesempatan padanya untuk berbicara sedikit pun.

Biru menjambak rambutnya, merasa frustasi dengan keadaan. "Gue kurang apa sih sama lo? Peran gue jadi abang kurang ya buat lo?"

"Kok jadi kesitu sih, Bang?" Bantah Yudha mulai tersulut emosi.

"Ya tingkah lo nggak bener, Yudha." Biru mulai memangil namanya, tanda jika dia tidak main-main dengan ucapannya. Yudha terdiam, berusaha mencerna tapi masih tidak mengerti apa yang Biru maksud. "Lo kenapa sih?"

"Lo tanya kenapa? GUE YANG HARUS TANYA KE LO!" Teriak Biru sambil mendorong dadanya dengan jari telunjuk, sampai buat dia terdorong beberapa langkah ke belakang.

"Lo ngapain anak orang, Ay? Anak orang lo biarin di jalanan sendirian luka-luka nggak pakai sendal. Laki lo begitu? Abis lo pake terus lo buang? Minimal hargain anter pulang lah, Yudha. Jatuhnya lo kayak perkosa dia." Lanjut Biru, sukses buat lipatan di dahi Yudha semakin terlihat jelas.

"Perkosa? Siapa yang perkosa siapa?" Wah, tidak beres nih. Tangan dia ikut berkeringat dingin menanti perkataan Biru selanjutnya.

"Lo perkosa Dira kan? Gue lihat dia di blok A pakai hoodie lo, nggak pakai sendal."

Persetan dengan sopan santun, Yudha siap memukul wajah Biru.

**

"AWH– Pelan dong!" Biru mengadu nyeri ketika Namu menyentuh luka di bibirnya dengan kapas yang dibasahi oleh obat merah.

CHAPTER 2Where stories live. Discover now