21

483 78 45
                                    

Peran Dira sedikit lagi selesai loh, tapi sebelum itu aku mau bikin sesuatu yang greget dulu sebelum perannya selesai.

Disclaimer, untuk yang nggak terlalu suka peran dira mohon dimaafkan karena dipart ini banyak dijelaskan dari sisi dira, tapi jangan dilewatin juga ya, ada petunjuk untuk kasus hosea, ily.

**

Ruangan yang gelap, harum citrus dan wood beradu menjadi satu, kasur yang empuk yang meremajakan tubuhnya. Merapatkan selimut mencari kehangatan, ini tidur ternyaman yang pernah dia rasakan seumur hidup. Tidak ada teriakan penagih hutang atau Ibu Kos yang menjadi alarm di pagi hari, tidak lagi kegerahan karena kipas rusak dan tidak lagi sakit punggung karena kasur yang tipis.

Kelopak matanya berkedip menyesuaikan penglihatan akan cahaya yang mengintip dari gorden. Dia merenggangkan tubuh juga menggerang mengungkapkan kenikmatan bangun tidur.

Sedetik kemudian, matanya membola. Dia baru ingat jika tempat yang di huni bukanlah kamar kosnya. Panik bercampur malu dia bergegas keluar kamar, namun ketika berhasil membuka pintu dan berdiri disana, Dira dibuat mematung akan pemandangan di depannya.

"Eh gabung sini, Ra!" Usul Namu yang tengah melakukan olahraga pagi dengan tubuh basah yang terbalut kaos tanpa lengan, memperlihatkan otot bisepnya yang menggoda iman.

"Nam! Gue mandi duluan ya, mau nyerahin tugas ke dosen." Ujar Biru berjalan melewatinya dengan kedipan sebelah mata, tahukah bagian paling mencengangkan adalah Biru yang membuka kaos nya sampai shirtless tepat ketika melewatinya.

Dira merasakan wajahnya panas, kaki nya seperti jeli, untuk maju atau mundur tidak bisa dilakukan. Puncaknya, ketika kamar yang tak jauh di depannya terbuka memperlihatkan dengan jelas bagaimana bentuk lekuk tubuh atas seorang Jero tanpa pakaian.

"Eh sorry Kak lupa- KAK ANJIR LO MIMISAN!" Teriak Jero membuat Dira kembali dari alam fantasinya. Dia mengadahkan kepala, menahan darah dengan tangannya. Ketika Jero mendekat ingin membantu, Dira kepalang panik dan buru-buru masuk ke kamar dengan membanting pintu, tidak sadar.

"Anjing Dira goblok, malu-maluin aja segala mimisan." Dia merutuki diri sendiri sambil menahan darahnya.

Tok tok

"Kaget!!"

"Ada tisu di atas meja, gue nggak mau baju gue kotor sama darah lo."

Itu suara milik Yudha, dia pasti mendengar suara melengking Jero. Adiknya Attala memang tak perlu diragukan.

"I-iya, thanks Kak." Dira mengikuti saran Yudha, dia berjalan menuju meja yang rapi. Hanya ada laptop, lampu belajar, dan beberapa tumpukkan buku musik.

"5 menit lagi sarapan, lo cepetan gabung."

Dira mengangguk, walau tahu Yudha tidak bisa melihatnya. Ada perasaan meletup di dada ketika terbangun dalam tidur bukan hanya langit-langit kamar lagi melainkan kehangatan keluarga yang sebelumnya tak pernah dia rasakan.

"Naradira? Lo denger gue?"

Dira terperanjat, dengan lantang dia berbicara."Ah! Iya Kak meluncur!"

Dira membawa tisu bekas darahnya keluar, ketika melangkahkan kaki keluar kamar, rupanya mereka benar-benar berkumpul di ruang TV saling mengitari meja yang telah dipenuhi makanan.

"Sini Ra!" Ajak Attala melambai kearahnya.

"Sebentar, buang sampah dulu." Setelah kembali dari dapur, Dira mendekat kemudian memilih duduk diantara Biru dan Hosea, karena hanya mereka lah yang menggeser duduk untuk memberi ruang padanya.

CHAPTER 2Where stories live. Discover now