6

658 119 34
                                    

Request an kalian udah aku acc, silakan menikmati♡

**

Fajar perlahan menyelimuti langit yang semula kelabu menjadi jingga kemerahan, menunjukkan ronanya yang telah lama disembunyikan. Sebab, belakangan ini langit pagi Yogyakarta selalu pucat tanpa rona disekitarnya.

Jelas sekali jika alam ikut menanti kepulangannya. Menunggu pemuda itu untuk kembali menyapa langit Yogjakarta di pagi harinya. Yudha juga merindukan itu, duduk di teras, minum secangkir teh hangat dan biskuit di teras depan sembari memandang langit. Memang terdengar biasa namun, yang membedakan ialah dengan siapa dia memandang langit.

"Enak nggak Ay biskuitnya?"

Pemuda yang ditanya mengangguk sambil mengunyah biskuit yang disodorkan kepadanya beserta toples yang masih penuh akan isinya.

"Kemarin gue uji coba pake bahan sisaan."

Sial.

Biru menyadari perubahan wajahnya,  bahkan tubuhnya hampir beranjak kearah keran samping untuk memuntahkan apa yang baru saja dia kunyah.

"Bukan anjir! Maksud gue takaran tepung yang lebih sesuai resep." Paniklah dia, baru hari pertama setelah kembali masa diberi jebakan racun tikus?

Mencoba untuk percaya, Yudha akhirnya menelan kunyahan biskuit di tenggorokkan dengan bantuan air teh. Jujur enak, makanan buatan Biru tidak pernah mengecewakan namun terkadang, bahannya suka lebih dulu terjamah oleh tangan-tangan jahannam.

Yudha jadi ingat saat memasak sop tulang, dia membiarkan tulang-tulang ayam yang telah direbus diatas meja dapur begitu saja, yang namanya tulang pasti hanya tersisa sedikit daging yang menempel. Biru yang saat itu juga menjadi juru masak, memasukkan tulang-tulang itu ke dalam panci berisi kuah dan sayuran tanpa mengetahui jika sebagian tulang itu sudah diisap oleh Putra. 

Tentu saja, mereka semua memakan hasil jamahan Putra dengan nikmat. Mereka baru mengetahuinya saat perut sudah kenyang, hidangan sudah habis, piring-piring sudah dibersihkan. Ingin dimuntahkan terlalu sayang, sebab sop tulangnya benar-benar enak, atau mungkin semakin enak karna jamahan Putra.

Yudha tertawa singkat, itu pengalaman terkonyol yang pernah terjadi dari sekian banyaknya cerita.

"Heh, sehat lo?" Biru jadi takut melihat Yudha tertawa, masalahnya udah lama nggak liat Yudha tertawa dan sekalinya tertawa pasti menghebohkan, walaupun cuma kekehan ringan.

"Sehat, Bang. Cuma inget sesuatu."

Biru mendekat, penasaran akan sesuatu yang Yudha ingat.

"Sop tulang." Ujarnya singkat. Tapi anehnya, Biru langsung heboh bahkan menepuk tangannya sekali.

"Oh iya anjir, sumpah jijik banget gue makan bekasan Putra. Mana kitanya nikmat banget lagi ya, nggak tau dah itu siapa aja yang makan bekas Putra. Emang edan itu anak."

Yudha termenung melihat Biru, rasanya seperti deja vu bisa memandang ini lagi. Mendengar celetohan Biru yang penuh semangat dan emosi beragam. Hidup bersama Biru, membuatnya belajar tentang emosi. Bagaimana harus berekspresi, menyampaikan emosi, dan bersikap layaknya seorang manusia.

"Gue kangen deh, Bang."

Sunyi, hening-

"YUR SAYYYUUUR, SAYURNYA BUU"

Kesadaran Biru terserap kembali, terima kasih abang sayur telah menyadarkannya dari ilusi yang baru saja didengarnya. Dia hanya tertawa tanpa tau apa yang ditertawakan.

"Bang, gue kangen. Lo."

"HAH?!"

Yudha tergelak, reaksi yang sudah diperkirakan. Tentu, Biru syok karena dia pun ikut syok. Hatinya sedang mendominan dibanding logikanya, sebab menyapa kerinduan yang tak pernah ia rasakan.

CHAPTER 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang