35

597 89 18
                                    

Open request ya guys, nanti aku approve buat yang requestannya masih satu alur dan nyambung.

Selamat membacaa♡

**

Ketika langit kerap mengamati seisinya, memandangi wajah sang puan, lalu menyalurkan simpati melalui rintikan teduhnya. Namu mengamati langit gulam melalui jendela kelasnya, menerka-nerka apa yang membuat langit pagi ini menyembunyikan sinarnya.

"Banyaknya orang menggunakan frasa dalam bahasa inggris untuk mendeskripsikan how about i feel. Ada juga yang menganggap kalau pakai bahasa inggris keliatan lebih keren, lebih gaul. Tapi di balik itu sebagian orang mungkin tidak tahu jika ada beberapa penafsiran kata bermakna ganda yang jika di jadikan suatu kalimat akan memiliki makna yang berbeda. Seperti kata blue dalam bahasa inggris."

Dosen di depannya terus berbicara, pertama kalinya Namu merasa bosan ketika dikelas. Mungkin karna rasa ragu meninggalkan Attala di ranjang pesakitan yang masih belum menunjukkan tanda-tanda akan siuman.

"I feeling blue now or Look at that! The sky is blue."

Ia beralih menopang dagu, kembali mencermati penjelasan sang dosen di belakang podium. "One word can change all meanings, one action too. Humans easily misunderstand, there are many meanings why we are here, whatever it is, some understand it and some others are not, that's one of our tasks to- meluruskan sesuatu yang berlawanan."

Why we are here. Kalimat tersebut melayang di dalam kepalanya, seakan-akan jika direnungi bisa menjawab segala pertanyaan di kepala, tapi tidak juga disebut sebagai jawaban karena jawabannya justru menimbulkan pertanyaan lain.

"Kelas saya tutup, terima kasih."

Dia tak bergeming sedikit pun dari posisinya, memandang lurus dengan wajah ditopang sebelah tangannya, sepertinya raga Namu juga ikut berkeliaran dalam dunia buatannya sendiri, sampai menyadari jika hanya tersisa dia dan lima orang termasuk sang dosen yang tengah merapikan laptopnya.

"Fathir lo nggak pindah kelas?" Tubuhnya terlonjak, menoleh pada temannya kemudian berdehem sambil merapikan bukunya. "Kelas gabungannya di samping, gue duluan ya Thir." Bahu kanannya di tepuk, setelahnya Namu melangkah keluar melewati podium sebelum langkahnya terhenti oleh suara sang dosen.

"Sudah ada keputusan, Fathir?"

Namu memutar badan sembilan puluh derajat menghadap wanita pertengahan abad di depannya. "Belum bu, nanti saya kabari lagi untuk keputusan akhir saya." Namu tersenyum sedikit membungkuk lalu membalik badan melanjutkan langkahnya keluar pintu.

"Kesempatan tidak datang dua kali, mungkin yang kamu rencanakan sekarang bukan jadi yang terbaik untuk kamu di masa depan. Pikirkan baik-baik, Fathir. Saya tunggu kabar baiknya bulan depan."

**

"JERO! KULIAH LO BOCAH NAKAL!"

Biru berkacak pinggang menatap tajam Jero yang meringkuk diatas ranjang pesakitan. Dia kehabisan cara untuk membuat Jero masuk kuliah dan tidak membolos, karena sebentar lagi memasuki masa UAS.

Dia meringkuk bak anak kecil yang merajuk tak diizinkan bermain. "Gue mau jaga abang.." Rengeknya.

"Ada Yudha yang jaga Attala astaga! Bangun nggak lo? Kaki lo sehat Jer, gue nggak maksa Hosea karna dia bakal kesulitan juga kalo belum pulih banget." Ucapnya.

Jero melirik ranjang disebelahnya. Hosea dalam posisi bersandar dengan sebelah kaki yang dibiarkan lurus, pergerakan kakinya minim mengurangi komplikasi berkelanjutan begitu saran dokter.

"Absen aja deh.." Bujuk Jero dengan tangan menyatu di depan wajah. Namun, yang namanya Biru tidak bisa dibantah, maka penolakan yang dia dapat. "Bangun sekarang, gue balik dari ruang ICU lo udah harus rapi."

CHAPTER 2Where stories live. Discover now