12

565 90 11
                                    

Aku pelan-pelan bagi kisahnya Yudha, ada kaitannya dengan ending nanti. Jadi dimohon mengingat kisahnya Bang Ay•~•

Happy reading Lyaders♡

**

Flashback on

Lantai yang dipijak membawanya perlahan menuju kamar utama dilantai dua rumah suram ini. Detak jantung yang mengencang ditambah getaran di kaki yang menambah kegugupannya.

Ini impiannya sedari dulu, kumpul kembali bersama mama yang entah bagaimana rupanya sekarang. Tepat di depan pintu kayu dia berhenti. Sedikit mengingat tentang mama dan kenangan dulu bersamanya.

Mama selalu punya senyum manis di wajah cantiknya, matanya besar dengan tahi lalat di sudut atas mata kirinya. Rambut hitam bergelombang alami yang selalu dia sematkan jepit mutiara di sisi kanan. Apakah rupa itu masih terlihat sama?

Mama juga selalu mengelus surainya jika panjang, kata mama dia semakin terlihat menawan dengan model seperti itu. Kebetulan sekali rambutnya juga sedang panjang, mungkin saja kan dia bisa mendapat satu usapan lembut?

Pintu diketuk pelan kemudian knop pintu dibuka, memperlihatkan kamar bernuansa earth tone. Seumur hidupnya dia baru saja memasuki ruang utama di rumah ini. Dari dulu dia paling tidak sudi menginjakkan kaki di rumah milik papa nya yang sempat dihuni istri pertamanya. Lihat sekarang, siapa yang akhirnya diutamakan dan berakhir dibuang?

Yudha sempat tidak mengenali sosok di depan sana, tepat duduk mengarah kearah jendela. Rambut panjang yang dulu dibanggakan kini terpotong sebahu, serta warna rambut yang tak sehitam dulu.

Untuk mendekat rasanya susah, tubuhnya membeku bahkan matanya pun ikut tidak berkedip.

Ini terlalu nyata untuk dikatakan semu.

"Udha..?"

Kesadarannya ditarik kembali, wanita berumur yang dia yakini mama berbalik arah melihatnya.

Persendiannya kian melemah ketika mama mendekat, menangkup wajahnya kemudian mengecup pipinya, membawanya ke dalam dekapan hangat. Euphoria yang sangat manis, sampai tak menyadari sudah berapa tetes air matanya mengalir.

"Mama.."

"Iya sayang? Mama disini, Nak."

Perasaannya sungguh kacau, seisi kepala berdengung. Rasanya seperti kosong dan luas sekali hatinya sekarang, tak berat lagi seakan kemarin dia mengantungi tumpukkan batu.

Ketika mama mengelus surainya itu nyata, telapak tangan hangat yang menangkup pipinya juga nyata, menjadi tak nyata ketika kembali hidup tanpa adanya teman-teman. Merelakan orang-orang yang setiap waktu selalu bersamanya itu sulit, lebih terasa karena selalu ada. Rasanya miris ketika egois mencari kebahagiaan lain saat harus meninggalkan rumah menuju rumah lain

Flashback off

**

Kedai sederhana di dalam komplek yang di kira hanya satu-dua orang tahu nyatanya tak seasing itu. Dari sore ke malam pelanggan berdatangan, entah take in atau take away. Yudha yang tak punya kegiatan jadi berakhir sibuk kesana-sini menyesuaikan diri, ternyata begini rasanya melayani puluhan pelanggan yang tiap jamnya tak pernah sepi, hebat juga Biru dan yang lain. Saat pelanggan berkurang, barulah dia bisa duduk bernapas lega.

"Capek ya, Ay?" Biru datang menyodorkan segelas es jeruk, hasil perasan tangannya.

"Iya, lo dan yang lain hebat." Apresiasinya terdengar sederhana namun bagi Biru seperti diberi penghargaan medali.

CHAPTER 2Where stories live. Discover now