11

583 105 14
                                    

Kangen Gaaaa? Aku niatnya mau double up. Tapi takut nggak ada yang baca, pembacaku udah pada hilang karna aku lama updatenya:(

Kesalahan aku:( maaf yaa. Butt still enjoooy to my book. Aku akan tamatin cerita ini dengan ending terbaik yang bisa aku buat. Pastinya beda dari yang lain

Happy reading Lyaders♡

**

Flashback on

Yudha tak berharap dapat sambutan di rumah ini. Selesaikan masalah dengan cepat adalah tujuannya. Haruskah dia mengikuti kata Gema ntuk memaafkan? Memangnya kata maaf cukup untuk melupakan yang telah terjadi?

Yudha tak mau repot-repot mengeluarkan tenaga meladeni pria tua itu. Melihat rumah dan halaman yang dulu pernah jadi tempat berteduhnya sudah terasa asing, apalagi melihat wajah papa nya. Lebih sialnya, semakin dewasa dia semakin mirip dengan sang papa.

"Pulang juga kamu?"

"Kan anda yang suruh."

Papa mengangguk, memberikan waktu kepadanya untuk mengenali seisi rumah. Yudha tak peduli dengan reaksi papa atas pandangannya sekarang ini. Yudha melupakan jika dia terlahir sebagai orang kaya, bersusah payah sampai jam tidur terbuang, pernah berpuasa penuh satu hari tanpa makan, hanya karena ego dan harga diri.

Rasanya sesak saat tahu hanya dialah yang bersusah payah seorang diri.

"Mama kamu di kamar, Papa serius membawa kamu kesini hanya untuk Mama kamu yang sakit."

"Munafik. Anda tidak sepeduli itu untuk memperhatikan keluarga anda sendiri, apalagi Mama." Matanya memanas, dia yang menjadi saksi hidup atas penolakan Mama di keluarga papa.

"Orang bisa berubah, Ayudha. Saya mencintai Mama kamu."

Flashback off

**

Yudha seperti seorang chef dalam reality show pagi ini. Dipertontonkan oleh trio muda yang tampaknya terbangun sebab mencium masakannya.

"Jer, bisa minggir?"

"Ta, tolong ambilin garam- itu gula!"

"Bisa tolong berhenti makanin nggak, Put?"

Merasa tersindir, dia merengut. Tidurnya terganggu juga karna Yudha, ada Attala sama Jero juga yang makanin. Kenapa dia doang yang ditegur?

"Lo jangan gini banget apa, Bang. Pilih kasih dah lo sama gue." Gerutunya.

"Lo pake nasi goblok, sisain buat yang lain!" Seru Attala menyusun piring dalam lemari.

Yudha cuma bisa menggeleng setelah meletakkan lauk diatas meja, kemudian menutupinya dengan tudung saji.

"Bisa tolong gue, Jer?" Jero yang semula duduk di kursi pastry meloncat turun, mendekat ke Yudha.

"Bangunin yang lain, gue mau bersih-bersih dulu." Dia menepuk puncuk kepala Jero sambil tersenyum, lama tak melihat si bungsu buat Yudha menghangat ketika sosok yang dirindukan tumbuh dengan baik. Attala terkekeh saat melihat Jero beranjak dari sana sambil tersipu.

"Udah besar ya, Ta."

"Yeah, but still childish." Timpal Attala.

"Normal, hidupnya sama lo. Selalu dapat perhatian."

Pergerakkan tangannya berhenti, perkataan Yudha agak mengusik dirinya. Jero yang selama ini tidak mandiri itu karna ulahnya?

"Andai dia nggak hidup sama gue, apa dia bisa mandiri?"

CHAPTER 2Where stories live. Discover now