38

569 91 5
                                    

Selamat membaca♡

**

Sepertinya dia sudah gila.

Sejak kapan tingkahnya berubah menjadi manis seperti tadi? Dia berharap jika benar arwah yang merasuki, bukan keinginan dari lubuk hatinya. Sebenarnya dari awal dia menggoda Putra sudah salah, tapi karna dia Yudha, manusia yang tidak akan menjilat ludah nya sendiri. Maka dia berpura-pura santai, sementara batin mengumpat diri.

Bahkan totalitas sampai menunggu Putra pejamkan mata. Tak banyak yang di lakukan setelahnya, memasangkan airpods dikedua telinga Putra kemudian menyetel lagu islami yang sempat diprotes.

"KOK—"

"Apa? Mau protes? Biar tenang sekalian bersihin isi pikiran lo."

Setelahnya Putra merengut, tapi tak lagi protes. Malah memejamkan mata, sambil menikmati usapan lembut dikepala yang datang tiba-tiba. Sejenak, biarkan dia menikmati ini, karena saat dia sehat nanti Mahesa Ayudha sudah kembali menjadi pribadi semula, menyebalkan.

Dilema keduanya sama tapi tak serupa, mungkin ini yang membuat Yudha lebih terbuka menceritakan persoalan melebihi terbukanya pada Biru. Pada Putra dia bisa melihat sudut pandang lain, Putra yang semula dekat dengan ayahnya lalu merenggang karna suatu hal, dan dia yang memang sedari awal tak pernah dekat dengan mendiang papa. Keduanya bertukar cerita tentang bagaimana memandang permasalahan itu.

Sementara dengan Biru, dia sebatas menyuarakan isi hati. Yudha menghormatinya, Biru secara langsung bertanggung jawab atas keenamnya, bukankah terlalu jahat jika dia ikut membebankan diri pada Biru?

"Ay? Sepuluh menit lagi temenin gue yuk?"

"Boleh, telpon aja ya? Gue nyari angin dulu." Biru mengganguk, tak menanyakan kemana dia pergi.

Berjalan keluar sembari merogoh kantung celana dan menemukan bungkus nikotin serta pematiknya. Niat hati ingin menyesap justru berbelok ke tangga darurat ketika ponselnya bergetar senyap.

 Niat hati ingin menyesap justru berbelok ke tangga darurat ketika ponselnya bergetar senyap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Halo?"

".."

"Nggak papa." Tawa kecilnya mengudara.

".."

"Kangen juga, jangan lupa makan dan tidur yang cukup ya?"

".."

"Sayang— / Ay? Lo punya pacar?"

Yudha menoleh dengan cepat setelah mematikan panggilan tersebut, menemukan Namu dan Biru berdiri menjulang tepat dibelakangnya.

"Oh udah mau jalan?" Yudha berdiri menatap keduanya yang masih terasa menjulang tinggi sebab permukaan yang dia pijak lebih rendah.

"Ayo, jalan. Gue yang bawa mobilnya." Yudha mengambil kunci mobil yang berada di genggaman Biru dalam sekali tarikan. Meninggalkan keduanya yang terdiam dan saling pandang.

CHAPTER 2Where stories live. Discover now