41

546 97 24
                                    

Selamat membaca ♡

**

Hari sabtu yang begitu sibuk, kecuali Jero yang tengah memandang kesibukan para abang nya.

Di sofa single ada Yudha yang tengah meeting online, tak lupa dengan airbuds yang menempel di telinga. Terlihat menawan walau hanya mengenakan baju kasual, belum lagi dengan aura mahal dan wangi uangnya yang menguar. Dalam pikiran Jero, mungkin Yudha akan dengan senang hati membagi sedikit jajan untuknya.

"Bang– lagi sibuk nggak?"

Yudha melirik, mengangguk kemudian menggeleng. "Kenapa?"

"Bagi uang jajan dong!" Pinta nya penuh semangat.

"Adek!" Seru Attala keluar dari kamar mandi, menggeleng pada Yudha untuk jangan meladeni nya.

Jero merengut, "Minta jajan doang apa salahnya? Kan dia abang gue juga."

"Iya, tapi tetep nggak sopan. Nanti ya gue transfer abis check up terakhir." Berjalan ke arah ranjang, Attala mengenakan kaos yang tergeletak disana, menyempatkan diri untuk mengusap kepala sang adik sebelum melangkah keluar.

"Nih– ambil aja buat jajan, gue nggak tau ada berapa uang tunai disitu tapi kalo kurang ambil aja di atm." Yudha tanpa basa basi menyerahkan dompet miliknya.

"Bercanda bang hehe." Jero mendorong kembali dompet tersebut diatas meja, menolak pemberian Yudha.

"Nggak usah di peduliin ucapan Attala. Gue juga niat nya mau ngasih tapi lagi sibuk jadi nggak bisa." Yudha bukan lagi memberikan dompet melainkan memberikan kartu nya secara langsung.

"200222– pin nya."

"Bang nggak usah sumpah gue bercanda doang." Tolak Jero semakin tidak enak, niat hanya bercanda rupanya Yudha menganggap serius.

"Ambil Jer, gue yang mau kasih jangan nolak. Transfer sendiri ke rekening lo."

Jero melongo, Yudha ini kalau ngomong mudah sekali kawan. Apakah dia tidak tahu jika Jero hanya manusia biasa yang bisa khilaf melihat nominal sebanyak itu?

"Berarti kalo gue beli tiket–"

"Tiket konser? Ya beli aja."

"Bukan tiket konser tapi tiket ke–"

"Jer, ntar lagi ya, ada zoom."

Jero menunduk, mengambil kartu atm tersebut kemudian berdiri. "Ntar deh bilang ke yang lain aja."

**

Jero kembali menteng bungkus kopi dan cemilan, melihat Namu yang tengah memasukkan baju kotor ke dalam plastik. "Bang Namu, liat Bang Yudha?"

"Tadi keluar, Jer. Bilang nya nyusul Hosea yang lagi terapi hari terakhir. Bang Biru kan lagi ke kampus dulu nanti sore baru dateng sekalian ngurus administrasi."

Jero mengangguk, membagi kopi yang dia beli kepada Namu. "Thanks bunny!" 

"Bunny– bunny, nggak ya sembarangan."

"Yah lo nggak tahu aja, gue namain kontak lo itu bunny pake emot kelinci."

"Ih geli amat bang." Namu tertawa renyah, lalu menegak kopi kaleng yang diterima nya dari Jero.

"Bang Putra, kemana?"

"Check up bareng sama Attala, pasien bukan mereka doang jadi ya antri dulu."

Jero mendaratkan bokongnya di atas sofa, membuka bungkus es krim kemudian melahapnya. "Semua orang sibuk banget deh, gue doang yang nggak."

"Menurut lo gitu?"

CHAPTER 2Место, где живут истории. Откройте их для себя