episode 35 [] miss class star with the theory of love

25 6 0
                                    

Ia tidak tahu apa yang sedang menguasai pikirannya sampai terkejut tahu-tahu bel pertanda waktu istirahat berbunyi. Guru meninggalkan kelas setelah memberikan sedikit wejangan untuk para siswa di kelas itu agar mengulang pembelajaran mereka itu secara mandiri di rumah.

Aruna yang duduk di samping juga sudah hampir selesai merapikan permukaan mejanya. Buku-bukunya telah ditumpuk menjadi satu lalu dimasukkan ke dalam tas, pulpen dan highlighter yang sebelumnya tercecer di atas meja pun telah dimasukkan ke dalam pencil case miliknya yang berwarna ungu. Begitu selesai, gadis itu langsung menoleh pada Navea yang belum melakukan apa pun dengan barang-barangnya.

"Na? Mau ikut ke kantin gak?" tanya Aruna sembari mengambil dompetnya dari dalam kompartemen terdepan tas.

"Iya, ikut. Bentar gue beresin ini cepet." Seperti yang diucapkannya, Navea benar-benar membereskan buku dan peralatan tulis yang memberantakkan mejanya dengan cepat. Dalam hitungan hampir 2 menit semua itu sudah kembali masuk ke dalam tasnya yang berwarna abu.

Dompet ia keluarkan setelah itu, kemudian bangkit dan menyusul Aruna.

Keduanya melangkah bersisian untuk menuju ke kantin. Sesekali Navea menjeda untuk mengambil langkah saat di koridor sekolah yang mereka lewati itu terdapat beberapa siswa lainnya yang datang dari arah berlawanan. Hingga akhirnya mereka tiba di kantin yang terlihat sudah penuh sesak. Meja-meja yang ada di sana pun telah ditempati hingga rasanya nihil masih ada kursi yang kosong walaupun hanya satu atau dua.

"Jadi mau makan apa, nih?" tanya Aruna seraya menoleh pada Navea yang terdiam di sampingnya.

Gadis yang mulanya sedang mengedarkan pandangan itu langsung ikut menoleh. "Roti bakar aja, deh. Biasanya itu yang lumayan cepet, sekalian beli es cokelat juga di sana. Lo mau apa?"

"Gue ngikut lo aja, deh, biar sekalian. Kalau mencar mesti nunggu-nunggu dulu."

Karena sudah sepakat, keduanya langsung menuju stan yang menjual roti bakar. Berada di ujung kantin. Navea dan Aruna harus berusaha untuk melewati lautan manusia yang entah datang dari arah belakang maupun depan untuk sampai di sana.

Sampai di depan stan itu, kedua gadis itu masih perlu mengantri di belakang empat orang yang tampak menunggu jadinya pesanan mereka. Memang harus menunggu, tetapi untungnya tidak lama seperti jika mereka membeli di stan lain. Ketika tiba akhirnya giliran mereka, Navea yang menyebutkan pesanan.

"Bu, roti bakar cokelatnya empat, es cokelatnya dua."

"Sekalian, Bu, tambah roti bakarnya satu, esnya juga satu lagi."

Sebuah suara yang tiba-tiba menimpali membuat Navea sontak menoleh ke belakang. Seorang lelaki jangkung dengan kacamata yang bertengger di batang hidungnya menyambut penglihatan Navea.

"Kak Aidan?"

"Hai, Na!" sapa lelaki itu disertai senyuman tipis. "Hai juga temennya Nana." Aruna membalasnya hanya dengan senyuman tipis yang terkesan canggung.

"Sok akrab banget panggil gue Nana."

"Kan, kita emang udah akrab, Na. Emang lo gak anggep semua kedekatan kita selama ini? Wah, jahat banget lo."

"Mulai drama lo."

"Padahal kita udah gak ketemu tiga hari lho, Na. Masa lo gak kangen gue."

"Nggak."

"Masa?"

Baru akan membalas lagi ucapan lelaki itu, pesanan mereka sudah diberikan. Navea dan Aruna segera membuka dompet masing-masing untuk membayar bagian mereka.

"Ini ya, Bu, sekalian semuanya." Aidan langsung mengulurkan tangannya dan memberikan selembar uang berwarna biru, pun langsung diterima oleh penjaga stan itu. Kembalian ia dapatkan tidak lama kemudian. "Gue ambil punya gue abis keluar kantin aja, ya. Rame gini." Kemudian ia melangkah duluan membelah kerumunan siswa Nawasena.

Navea dan Aruna segera mengikutinya, berusaha melangkah dengan cepat tanpa menabrak siswa di sekitar mereka.

"Gue sama Aruna ganti uang lo," ucap Navea setelah berhasil keluar dari kantin. Roti bakar dan minuman milik lelaki itu pun sekalian ia berikan.

"Gak usah." Aidan mendaratkan tangannya di atas kepala Navea, lalu memberikan tepukan ringan di sana. "Kalau gitu gue duluan, ya. Nanti malam kayak biasa." Setelahnya Aidan berlalu menjauh dari sana.

"Ini gak papa kita gak ganti uangnya?"

Navea mengangguk untuk menjawab pertanyaan dari Aruna itu. "Lagian dia sendiri yang bilang gak usah. Yuklah, kita balik kelas."

"By the way, Na, lo sama kakel itu tiap malem ada jadwal bareng gitu?"

"Gue cuma nemenin dia belajar."

"Jadi dia ke rumah lo, atau malah lo yang ke rumah dia?"

"Nggak gitu, Ru. Mana mau gue keluar malem-malem cuma buat nemenin orang belajar."

"Terus?"

"Dia minta video call."

"Haduh, haduh.. temenku ini sudah sampai tahap telpon-telponan, ya. Video call lagi. Orang-orang mah sleep call, ini study call. Waah, patut dicontoh."

"Jangan lebay, Ru. Harus berapa kali gue bilang kalau kita gak kayak yang lo pikirin."

"Halah, emang paling bisa dah lagakan kayak orang pacaran tapi ngomongnya cuma temen. Ha-te-es merajalela di mana-mana. Emang lagi tren kayaknya."

"Lo mulai ngomong gak jelas deh, Ru."

"Ya, ya, ucap orang yang suka nyangkal."

"Gue gak nyangkal. Gue beneran gak ada gitu-gituan sama Kak Aidan."

"Ngomong sama tembok, Na, pasti bakal diem iyain aja kalau lo ngomong gitu. Gue yang liat langsung gak bisa lo perdaya."

"Kok, lo sekarang nyebelin sih, Ru."

"Abisnya lo yang gak mau terima kenyataan. Gue kan speaking the truth."

Ketika akhirnya telah kembali di kelas, Navea langsung melangkah cepat ke mejanya. Ia ingin segera mengisi perut daripada meladeni Aruna yang kumat dengan teori percintaannya.

"Tapi ya, Na, sekedar ngingetin aja. Waktu lo sama Kak Aidan tinggal sebulanan doang. Kalau misal diajak LDR jangan mau, ya. Inget kata Dilan."

"Ngaco mulu lo, Ru."

"Dih, dikasih tahu juga. Gue ngomong gini karena gue gak mau liat temen gue ini galau gegara LDR."

"Terserah lo aja."

Aruna berdecak sebal saat melihat Navea memang earphone dan tidak menghiraukannya. Padahal yang ia ucapkan ini perlu gadis itu dengar, bukannya malah lebih memilih menonton kartun yang bisa dilakukan lain waktu.

"Na, awas lo nyesel gak dengerin omongan gue."

"Lagian gak ada juga yang bakal LDR-an," tukas Navea tanpa menoleh.

[✓] MemoriesWhere stories live. Discover now