episode 07 [] friends she has and a guy she met

53 15 0
                                    

"Na, ngapain lo bengong? Mau tidur di sekolah?"

Suara Aleta yang memasuki rungunya menyadarkan Navea dari lamunan, tubuhnya sampai sedikit tersentak. Ia buru-buru memasukkan buku miliknya ke dalam tas setelah itu, tidak ingin membuat Aleta dan Meira menunggu.

"Eh, besok pelajaran apa aja, ya? Keseringan ganti jadwal, nih, jadinya gak hafal gue." Meira bertanya setelah mengalihkan pandangan dari layar ponsel.

"Besok bahasa Indonesia sama ekonomi," jawab Navea seraya memakai tasnya. Hoodie abunya juga sudah terpasang di tubuh.

"Ada tugas gak, sih? Guru ekonomi serem, kalau tugas bahasa Indonesia, sih, masih bisa diajak kompromi."

"Hm, ekonomi ada tugas. Nanti malam gue kirimin buat kalian, ingetin aja lewat chat soalnya gue suka lupa." Ucapan Navea langsung mendapatkan acungan jempol dari kedua temannya itu, disusul seruan terima kasih yang dilayangkan untuknya.

Keluar dari kelas, Aleta dan Meira berjalan duluan menuruni tangga. Lebar tangga yang tidak seberapa membuat Navea berjalan di belakang mereka, tidak bisa bersisian.

"Ta, lo jadi main ke rumah gue gak? Arvian sama yang lain nanti juga ada, kok. Udah lama kita gak ngumpul bareng."

"Oh, iya! Anjim, gue lupa izin sama bokap. Bentar, Mei, gue telpon dulu." Gadis itu meraih ponsel di saku roknya dengan cepat. Beberapa detik menarikan jari di atas layar, kemudian ponsel itu dibawa ke telinga.

"Dah, beres. Gue jadi ikut!" ucap Aleta setelah memutuskan sambungan telepon.

"Sip! Mereka udah nunggu di depan. Kita mesti cepetan, nanti Athar mulutnya gak bisa diam, ngomel mulu kerjaannya nanti. Mulut cewek banget itu cowok satu."

Aleta mengangguk, menyetujui ucapan Meira mengenai salah satu teman mereka itu.

"Na, kita duluan, ya! Bye!"

Navea menghentikan langkahnya di anak tangga terakhir. Netranya menatap kepergian dua gadis itu sambil tangannya balas melambai, pun dengan senyum yang terukir di wajah. Kemudian ia lanjut melangkah setelah kedua temannya itu tidak menoleh lagi.

Terkadang Navea merasa bahwa dirinya belum benar-benar memasuki lingkaran pertemanan Aleta dan Meira. Seringnya ia hanya akan terdiam ketika mereka berkumpul. Menyimak dalam diam ketika kedua gadis itu saling membagi cerita. Bahkan ia tidak tahu teman-teman yang tadi dimaksudkan oleh kedua gadis itu.

Namun, bukankah itu wajar karena ini belum genap satu bulan mereka bersama?

Masih ada banyak waktu, dan banyak cara untuk membangun komunikasi lebih dengan mereka. Tugas dan pelajaran. Sejauh ini, topik itu cukup berhasil bagi Navea untuk menyelipkan diri di antara mereka.

"Hai!"

Seruan beserta tepukan ringan di pundaknya membuat langkah Navea terhenti. Ia langsung menoleh pada sang pelaku, yang setelah dilihat-lihat wajahnya tidak ada dalam ingatan. Seorang lelaki dengan penampilan yang sedikit berantakan-seragam yang tidak disisipkan serta tatanan rambut yang acak, tetapi itu semua tertutupi oleh jaket jeans yang dikenakannya.

"Iya?" Navea membalas dengan ragu.

"Gue Kaivan, kalau lo penasaran." Lelaki itu berucap sembari mengulurkan tangan.

Merasa tidak enak jika menolak, Navea pun menyambut uluran tangan itu. "Navea," balasnya pelan.

Kaivan tersenyum setelah mengetahui nama gadis yang dikenal saudaranya itu. "Gak usah takut, gue gak ada niat jahat. Gue tahu lo dari seseorang."

"Ah, iya."

Dalam kepalanya, Navea berusaha menebak orang yang dimaksudkan oleh Kaivan. Ada beberapa orang yang sempat terpikirkan-orang-orang yang dikenalnya hampir satu bulan belakangan ini, tetapi ia juga tidak begitu yakin sebenarnya.

"Lo pulang pake apa?"

Navea menggeleng kecil. "Jalan kaki aja."

"Mau gue antar? Panas gini nanti capeknya jadi double."

"E-eh, gak usah!" Navea buru-buru menolak. "Lagian rumah saya deket, kok."

"Gue gak papa juga, kok, kalau nganterin lo."

"Beneran gak usah. Saya ada keperluan juga sebelum pulang."

"Bukan cuma alasan kosong buat nolak tawaran gue, 'kan?" Matanya memicing, berusaha mencari kebohongan dari sikap gadis di hadapannya ini.

"Bukan. Saya gak bohong."

"Oke, kalau gitu lain kali aja. Sampai ketemu lagi, Nona Berhoodie!" Kaivan berjalan menjauh sambil melambaikan tangannya singkat. Senyuman juga ia lemparkan pada Navea yang masih memaku di tempatnya.

"Semoga gak ketemu lagi." Navea berucap pelan seraya mengetuk kecil kepalanya-kebiasaan kecil pada saat-saat tertentu.

Setelah lelaki yang mengenalkan diri dengan nama Kaivan itu menghilang dari pandangannya, Navea buru-buru melangkah keluar area sekolah lalu menyeberangi jalan. Ia harus segera ke kafe, alhasil langkahnya lebih seperti orang yang setengah berlari.

[✓] MemoriesWhere stories live. Discover now