episode 29 [] having a refreshing day with him

17 7 0
                                    

Suara air dari keran wastafel cuci piring menjadi pengisi hening. Navea dan kedua orang tuanya baru selesai dengan makan siang mereka. Ia membantu sang mama untuk mencuci piring saat wanita paruh baya itu menyimpan lauk yang masih tersisa ke dalam lemari. Lumayan, nanti sore hanya perlu memasak sedikit tambahan untuk makan malam.

Piring-piring yang sudah disabuni ia tumpuk menjadi satu, gelas-gelas pun demikian. Ketika semua peralatan makan telah tertutupi oleh busa sabun cuci piring, kemudian Navea membilas semuanya hingga bersih, memastikan tidak ada busa yang terlewat.

Begitu selesai Navea mengeringkan tangannya pada handuk kecil yang tergantung di samping lemari kabinet.

Papanya yang sepertinya sudah kembali ke ruang tengah untuk menonton tayangan berita, membuat dirinya dan sang mama yang tersisa di ruang makan.

"Ma," panggil Navea dengan suara pelan. Dehaman singkat ia dapatkan sebagai balasan. "Nanti sore boleh aku jalan sama temen?"

"Sama Aruna? Kalian mau ke mana?"

"Nggak. Bukan sama Aruna, Ma."

Sabia yang tadinya sedang memeriksa isi lemari kabinet dan membuat daftar belanja, akhirnya menatap ke arah putri semata wayangnya itu.

"Terus siapa?"

"Ada. Temenku, kan, bukan cuma Aruna doang."

"Cowok atau cewek?"

"... cowok."

"Perginya berdua aja?"

"Iya, tapi pergi jalan-jalannya ke tempat ramai, kok. Lagian temenku ini baik juga, gak mungkin aneh-aneh." Meskipun baru mengenal Aidan dari pertemuan mereka yang tidak seberapa, Navea tetap berusaha meyakinkan sang mama bahwa lelaki itu memang tidak memiliki niatan buruk apa pun dalam ajakannya. "Kita cuma mau jalan-jalan, doang, buat refreshing."

"Kalian pergi jam berapa?"

"Sekitar jam setengah empat nanti."

"Oke. Tapi, kalau pulang agak malam kabarin, ya."

"Siap, Mama!" seru Navea sembari memposisikan tangannya di samping pelipis.

Kemudian, ketika akhirnya Aidan mengirim pesan bahwa sudah sampai di depan rumahnya, Navea segera meraih tas selempangnya yang berwarna hitam. Ia keluar dari kamarnya dengan langkah yang cepat, semakin cepat ketika mendengar suara bel rumah.

Saat pintu rumah dibuka, Navea mendapati Aidan dalam balutan kaus putih yang dilapisi jaket hitam, celana jeans dan sneaker putih. Gadis itu jadi sangsi sendiri. Mempertanyakan alasan dirinya dilarang menggunakan jeans saat lelaki itu bisa.

"Orang tua lo di rumah?"

"Hm, kenapa?"

"Gue mau izin dulu buat bawa pergi anak mereka ini." Tangan kanan Aidan mendarat di puncak kepala Navea saat berucap.

"Gak perlu, tadi gue udah izin, kok."

"Nggak, gue harus izin sendiri. Itu baru yang namanya cowok gentle. Lagian gue bawa pergi cewek, bukan sama temen cowok gue biasanya."

"Oke, terserah. Yuk, masuk."

Aidan mengikuti langkah Navea ke ruang tengah, hanya berjarak beberapa langka dari pintu.

"Sore, Om, Tante!" Lelaki itu kemudian menyalimi punggung tangan kedua orang tua Navea. "Saya Aidan, izin ngajak Navea jalan-jalan ke bazar."

"Iya, boleh. Tadi Nana udah izin, kok. Kalian bisa langsung jalan, keburu makin sore." Sabia langsung menanggapinya dengan nada suara yang kelewat riang.

[✓] MemoriesWhere stories live. Discover now