episode 25 [] she got a little late-birthday gift

31 10 0
                                    

Bel berbunyi menandakan waktu istirahat yang telah tiba. Kegiatan belajar mengajar dihentikan untuk memberikan waktu bagi para siswa untuk menyegarkan pikiran sebelum kembali berhadapan dengan berbagai materi. Koridor seketika ramai sesak karena para siswa yang ingin segera mencapai kantin.

Kembali pada keseharian bersekolah seperti biasanya, tidak ada yang berubah setelah liburan semester sekaligus akhir tahun. Terasa terlalu singkat untuk bisa mendapati perubahan pada kurun waktu itu.

"Na, mau ikut bareng kita ke kantin?" tawar Aleta yang sudah berdiri di samping meja Navea.

"Heum, boleh." Navea membalas dengan cepat, kemudian menoleh pada Aruna yang baru selesai menyimpan kotak pensilnya ke dalam tas. "Aruna, bareng ke kantin, yuk!"

"Iya, bentar." Tangannya bergerak cepat menyelam ke dalam tas untuk mengambil dompet. Begitu mendapatkannya Aruna langsung bangkit.

Keempat gadis itu keluar kelas bersama, Aleta dan Meira yang memimpin di depan. Keduanya tampak asik dengan cerita yang disampaikan Meira, sedangkan Aruna dan Navea yang melangkah di belakang terselimuti hening hingga mereka tiba di kantin.

Mereka mengantre di stan yang sama agar dapat membeli sekalian. Memesan minuman dengan rasa yang sama, yaitu cokelat, lalu untuk makanan hanya membeli makanan ringan.

Setelah menunggu beberapa saat, minuman pesanan mereka pun jadi dan bisa segera diambil.

"Gue sama Aleta mau di kantin aja. Lo berdua ikut atau gimana?" Meira menatap Aruna dan Navea bergantian.

"Kita balik aja," jawab Aruna mewakili Navea juga. Navea pun hanya mengangguk kecil saja, tidak ada keinginan untuk berada di kantin yang penuh ini.

"Oke kalau gitu."

Mereka berpisah ke arah yang berbeda; Meira dan Aleta mencari meja, Aruna dan Navea keluar dari kantin.

"Mau ke depan perpus aja gak?" Navea bertanya untuk menawarkan. Jika Aruna tidak ingin, dia bisa sendiri ke sana. Kalau beruntung akan bertemu Januar yang bisa menemaninya, walaupun dia tidak berharap banyak.

"Boleh." Aruna mengangguk seraya melangkah duluan menuju ke arah perpustakaan berada. Navea segera menyusul langkahnya hingga mereka berjalan bersisian. "Gue pernah liat lo ngabisin waktu istirahat di depan perpus, beberapa kali. Emangnya apa yang bagus sampe lo betah di sana?"

Navea tidak menyangka itu, hampir kehilangan kata-kata untuk menjawab pertanyaan Aruna. "Gue cuma suka aja suasana di sana, gak terlalu rame. Palingan ramenya dari anak yang main di lapangan aja.

"Oh, gitu ya."

Mereka akhirnya tiba di sana, kemudian langsung mengambil duduk di bangku panjang yang selalu ada di depan perpustakaan.

"Pulang sekolah nanti lo kerja lagi?"

"Iya." Navea menjawab setelah minum dari sedotan.

"Liburan lo kemarin gimana?"

"Well, nyenengin walaupun harus balik lebih awal karena papa gue dapet panggilan dari rumah sakitnya. Lo sendiri gimana?"

"Gue cuma ke rumah nenek gue, terus nginep di sana."

"By the way, Na, gue liat status-status lo WhatsApp."

"Hm, ada yang salah?"

Perbincangan mereka terjeda oleh suara langkah kaki yang keluar dari perpustakaan. Sosok lelaki tinggi yang membawa setumpuk buku menarik atensi kedua gadis itu.

"Kak Januar?"

"Oh, hai, Na!" Lelaki itu menyapa dengan ramah. Dia mendekat lalu duduk di ruang kosong samping Navea. Bangku yang panjang tidak membuat gadis itu harus menggeser duduknya. "Kata Kaivan, dia ketemu sama lo waktu di Bali kemarin."

[✓] MemoriesOnde histórias criam vida. Descubra agora