54. Arina and Darren Collins

7.2K 587 72
                                    

Persidangan demi persidangan terus berlangsung, sedangkan saat ini keuangan Robby kian memburuk. Robby harus memperoleh dukungan di persidangan, dan itu semua tidak luput dari uang suap.

Orang yang hidup untuk mengejar uang, akan mati juga karena uang. Maka, Reynov harus membuat Robby bangkrut. Ia menyusun strategi dengan Cassie dan Odi. Mereka sengaja muncul di depan Robby, sehingga Robby kalang kabut dan kembali menyewa pembunuh bayaran.

"Apa? Anda minta bayaran dua juta dolar untuk nyawa satu orang? Berarti jika itu Reynov, Cassie, dan Odi totalnya enam juta dolar?" Robby terbelalak.

"Ya. Dan biaya bisa naik tergantung tingkat kesulitan target. Apalagi target Anda adalah orang terlatih, bukan warga biasa. Pasti mereka sadar diikuti oleh tim penembak jitu kami, dan mereka kemungkinan akan balik menyerang agent kami," kata Bos penembak jitu itu.

Robby tidak punya pilihan lain. Selama ini penembak jitu terbaik adalah Erik yang bisa ia bayar murah. Sekarang ia terpaksa menyewa penembak jitu dari firma detektif lain, dengan tarif berjuta-juta dolar.

Reynov yang tahu kondisi keuangan Robby, tersenyum puas. Hari demi hari berlalu. Semakin lama dan semakin sulit Reynov dibunuh, biaya jasa semakin tinggi karena menelan biaya operasional lebih banyak. Maka hari itu Robby kembali mendapat tagihan.

"Apa? Kalian minta sejuta dolar lagi?" Robby benar-benar marah.

"Target Anda sangat sulit. Mereka tahu sedang diincar oleh penembak jitu. Mereka orang-orang terlatih. Mereka bukan orang biasa yang mudah lengah," kata Bos penembak jitu itu.

Robby kalang kabut. Ia sudah menjual semua aset-asetnya. Ia tidak punya uang. Ia harus meminjam uang dari koleganya.

"Maaf, Pak Robby. Tapi membaca laporan keuangan Anda saat ini, saya khawatir ini hanya akan menjadi NPL (non perfoming loan—kredit macet)," kata seorang koleganya menolak permintaan hutang Robby.

Robby beralih pada teman bisnis lainnya, dan jawaban mereka sama. Menolak. Tidak ada uang, tidak ada pertemanan.

Reynov terus memainkan trik ini sampai Robby benar-benar bangkrut. Tapi konsekuensinya, sekarang ia, Cassie, dan Odi harus kembali berada di bawah radar penembak jitu. Mereka harus kembali hidup nomaden, melakukan penyamaran, dan tidur dengan waspada khawatir jika sewaktu-waktu peluru bersarang di kepala mereka.

Lalu hari itu, saat baru saja pindah di penginapan baru, Reynov terlalu lelah untuk menata seluruh perangkat pengintainya yang biasa ia pakai untuk melihat posisi si penembak jitu. Lantas, langsung saja penembak jitu itu memanfaatkan momen lengah itu. Saat Reynov meminum kopi, dari pantulan gelasnya ia melihat sebuah titik laser berwarna merah ada di dadanya. Ia segera menunduk, tiarap, dan... PYAR... kaca jendelanya pecah.

Reynov lihat sebuah peluru menembus kaca dan mendarat di sofa tempat semula ia duduk. Terlambat sedetik saja nyawanya sudah melayang....

*****

Hari itu, Amara pulang dari persidangan dengan lelah. Ia naik ke kamarnya di lantai atas, dan betapa terkejutnya ia saat melihat Reynov ada di kamarnya, tiduran di sofa sambil baca buku kedokterannya yang super tebal.

"Reynov!" Amara kaget. Ia tidak mendapat informasi dari sekuriti di rumahnya jika ada tamu untuknya. Ia lalu melihat ke pintu balkonnya yang terbuka. "Kamu manjat ke balkon?"

"Iya." Laki-laki itu tersenyum lebar. Ia membentangkan tangan, minta dipeluk.

Tapi boro-boro memeluk, Amara malah mengusir Reynov. "Kamu harus lewat pintu depan! Nggak sopan masuk kamar orang seenaknya gini!" Ia mendorong Reynov keluar.

Fiasco KafeOnde as histórias ganham vida. Descobre agora