33. Kak Reynov

5K 548 9
                                    

Sejak saat itu Amara tidak pernah lagi menghubungi Reynov. Begitupun sebaliknya. Ali Sandi mengajak Amara pulang ke rumahnya. Ia rupanya sedang mengurus perceraiannya dengan Ela Lidia, dan sudah beberapa minggu ini Ela Lidia serta Klarisa tidak tinggal lagi di rumah itu. Maka sejak saat itu pula Amara tinggal di rumah ayahnya lagi.

"Arina, Ayah senang sekali kamu mau tinggal di sini lagi!" kata Ali Sandi pada Amara. Mereka makan malam bersama di ruang makan.

Amara juga senang bisa kembali ke rumah ayahnya, walaupun rasanya seperti ada yang tertinggal di rumah kontrakan mungilnya; kenangannya bersama Reynov. Ketika laki-laki itu menjaganya seharian di kala ia sakit, ketika laki-laki itu membetulkan semua jendela rumahnya pada pukul dua pagi. Ia rindu rumah itu.

"Arina, tim Ayah sudah mencari tahu siapa dua orang pelaku penculikanmu waktu itu," kata Ali Sandi. "Dan Ayah akan melaporkannya ke polisi."

"Polisi?" Amara terkejut. Ayahnya akan memenjarakan Reynov?

"Ya. Ayah harus memenjarakan mereka, atau mereka akan membunuh ayah." Ali Sandi lalu mengeluarkan ponselnya. Ia menunjukkan foto Reynov dan Erik. "Ini kedua pelaku penculikan itu. Erik, dia sudah berkali-kali melakukan pembunuhan dan berhasil menutupinya dengan rapi. Reynov, dia pengacara yang meloloskan banyak perusahaan melakukan penggelapan pajak dan berbagai kriminalitas! Mereka menuduh ayah melakukan pembunuhan terhadap pasukan khusus. Mereka akan membunuh ayah. Mereka penjahat kelas kakap."

Amara menatap ayahnya. Ayahnya benar. Reynov orang jahat.

"Jadi, Arina, jika kamu bertemu mereka, sebaik apa pun mereka di depan kamu, jangan percaya! Mereka hanya memanfaatkanmu untuk mencelakai ayah! Jangan percaya, oke?"

Ragu-ragu, Amara mengangguk pelan.

Melihat keraguan di mata putrinya, Ali Sandi bertanya, "Kamu tidak punya hubungan apa-apa dengan mereka, kan? Kamu tidak berteman dengan mereka, kan?"

Amara diam sejenak. Ia bahkan berpacaran dengan Reynov.

"Enggak, Ayah!" Amara menggeleng cepat. Ya, ia tidak punya hubungan apa-apa dengan Reynov. Reynov hanya memperalatnya saja. Ia tidak boleh terjebak cinta palsu dari Reynov.

*****

Reynov tidak siap identitasnya terkuak. Ia juga tersinggung Amara menuduhnya penjahat yang hanya mengincar uang. Dan, ia tidak terima Amara meragukan ketulusan cintanya. Maka malam itu, Reynov berada di ruang kerjanya, menenangkan diri sekaligus mencari tahu siapa Jenderal Tak Berpangkat. Ia harus segera menemukan sosok itu dan membersihkan namanya di depan Amara.

Tapi ponselnya tiba-tiba berbunyi. Tertulis di layar ponselnya "Bajigur is calling". Bajigur adalah nama yang ia berikan untuk nomor Erik. Apa lagi ini?!

"Bajigur, ngapain lo nelepon?" Reynov langsung membentak. Ia sudah capek.

"Maaf, ini kakaknya Erik?" Seorang wanita menyahut di saluran telepon itu.

"Kakak? Bukan! Nggak sudi saya punya adik kayak Erik. Anda sendiri siapa, ya?"

"Tapi di HP-nya Erik, nomor Anda dinamain Kakak."

"Hah?" Reynov tentu kaget. Kenapa musuhnya itu menamai dirinya Kakak di ponselnya? So sweet sekali. "Terus, kenapa ini? Kenapa yang nelepon Anda? Anda lagi diculik Erik juga?" Reynov bertanya asal. Dia capek sekali memberesi ulah Erik belakangan ini.

"Ini Erik mabuk. Nggak sadar sama sekali. Dia bikin gara-gara terus dari tadi. Saya takut. Bisa tolong ke sini bawa dia pulang?"

Reynov menepuk jidatnya. Menambah PR-nya saja Erik ini. Jengkel dan sudah lelah, tapi ia berangkat juga ke alamat apartemen yang wanita itu kirim. Ia berjaga-jaga. Jangan-jangan ini jebakan Erik saja. Ia membawa pisau lipat dan pistol di balik jaketnya. Lalu sesampainya di sana, ia mengetuk pintu itu. Seorang wanita yang hanya berpiyama kemudian keluar.

Fiasco KafeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang