8. A Lady on a Ducati

9.6K 899 19
                                    

Amara Rosiana adalah Arina Rosalin? Namanya, sih, mirip. Tapi semua ini belum teori final. Reynov masih harus mencocokkan beberapa fakta lagi. Bersama Odi, hari itu Reynov ke kafe, setelah dua hari dirawat.

"Hai!" sapa Amara yang tersenyum imut dengan lesung pipinya.

Ia lalu mengeluarkan dua kotak makan berisi sup makaroni buatannya. Ia berikan satu untuk Odi dan satu untuk Reynov. "Nih, saya bikin tadi pagi. Ini punya kandungan protein tinggi. Bagus untuk penyembuhan luka pasca operasi!"

"Nggak mau!" Reynov menolak. Ia benci Ali Sandi. Maka kalau Amara itu benar anaknya Ali Sandi, otomatis ia juga benci Amara.

"Yah... Nggak mau?" Pundak Amara langsung turun. Kecewa. Ia sudah capek-capek memasak sebelum berangkat mengajar, malah ditolak. Reynov benar-benar sadis mulutnya!

"Ya udah buat Odi semua aja," kata Amara sedih.

"Yesss Thanks!" Odi yang doyan makan langsung berbinar mendapat dua porsi. "Enak banget!" katanya sambil memakan. Amara jadi kembali ceria melihatnya.

"Kamu beneran udah sehat? Masa luka berat gitu dalam dua hari aja udah bisa aktivitas?" tanya Amara.

"Saya kemarin bed rest, dan ada injeksi khusus juga," kata Reynov. Bertahun-tahun terbiasa digembleng latihan fisik, tubuhnya mampu melewati proses recovery lebih cepat dari pada manusia pada umumnya.

"Oh... tapi kok bisa kena tembak, sih? Malem-malem pula!"

"Ada perampokan di kantor Papah saya!"

"Perampokan? Pakai pistol? Tapi, kan, pistol itu ilegal. Cuma orang militer aja yang punya!"

"Ya namanya penjahat dia beli pistol ilegal mungkin!"

"Oya? Gitu, ya? Tapi, kok nggak viral, ya? Di TV, di berita, nggak ada. Orang-orang sekitar juga nggak ada yang cerita tentang perampokan! Harusnya kalau ada perampokan sampai pakai pistol gitu, apalagi di daerah sini-sini aja kejadiannya, pasti rame jadi bahan omongan."

Reynov dan Odi saling lirik. Ternyata Amara cukup kritis juga.

"Ada, kok, di berita online!" Odi untungnya sudah membuat website berita fiktif. Ia menunjukkan ponselnya yang menampilkan laman berita berjudul, Perampokan Berdarah di Kantor Konsultan Bisnis. Di kamp militer, mereka telah diajarkan mitigasi konflik jika penyamaran nyaris terungkap, yaitu berbohong terstruktur.

Amara membaca runtut dari atas hingga selesai. Ada nama Reynov disebut-sebut di berita itu. Ia tampak percaya sekarang. "Wah, ngeri banget! Terus Papah kamu gimana?"

"Aman," Reynov menjawab singkat. "Oya, dari mana kamu tahu kalau ini luka tembak? Terus, kenapa kamu bisa tahu cara ngitung denyut nadi dan istilah-istilah medis?"

"Emm..." Amara bingung. "Ya, kan, di film-film banyak kayak gitu!" Amara nyengir lebar. Ia berbohong. Tapi ia jelas tidak berbakat jadi pembohong.

Reynov masih ingin menginterogasi Amara lagi, saat tiba-tiba ada orang memasuki kafe.

"Hai, brothers!" Cassie si dokter cantik berambut pirang itu datang ke Fiasco kafe dengan motor Ducati.

Cassie, berpostur setinggi 175 cm, dibalut tanktop, celana gombrong, serta boots penuh tali, ia mirip Lady Mafia di film-film action Amerika. Seperti Lara Croft. So sexy!

Reynov tampak kaget. Sial! Kenapa Cassie tahu kantor berkedok kafenya. Tidak boleh ada agent lain yang tahu selain Odi. Bisa-bisa Robby dan Erik juga tahu.

"Dari mana lo tahu kafe gue?" tanya Reynov.

"I know everything about you, honey! Peringkat kita di kamp cuma beda satu poin. Itu berarti gue sama cerdasnya kayak lo!" Cassie tertawa. "Lo kenapa pilih kafe, Ren? Ini, kan, ribet ngurusnya!"

Fiasco KafeWhere stories live. Discover now