31. High School Nostalgy

4.8K 514 8
                                    

SMA Adi Luhung, sekitar sepuluh tahun lalu...

Hari itu seharusnya menjadi tujuh harian kematian Arina. Tapi, hari itu rupanya Arina masih menginjakkan kaki di sekolah, karena ia gagal bunuh diri, karena ada kakak kelas sialan yang mencegahnya. Reynov. Anak 12 IPS 4. Kelas buangan yang isinya anak-anak paling nakal.

Di jam istirahat itu, Arina ke UKS. Dia tidak punya teman. Setiap ia berjalan, semua siswa pasti bisik-bisik menggosipkannya. Jadi lebih baik ia ke UKS dan belajar. Ia harus kuliah kedokteran, jurusan paling sibuk, supaya dia punya alasan tidak pulang ke rumah. Tapi, hari itu ada orang tidur mengorok di UKS!

"Siapa, sih, siang-siang begini tidur di UKS? Mana ngorok lagi!" Arina risih sekali. Dengan sebal ia buka satu-satu tirai yang menutupi kasur UKS. Dan, itu dia si manusia ngorok itu ada di ranjang paling pojok, tidur miring menghadap tembok.

"Bangun! Lo ngorok berisik banget! Pergi sana!" Arina mengguncang pundak orang itu. Mukanya tidak terlihat.

"Ganggu aja! Pergi lo!" Siswa cowok itu setengah sadar mengusir Arina.

Arina memegang kening cowok itu. Tidak demam. "Heh, lo tuh nggak sakit!" Kesal, ia lalu mengambil balsem dari kotak obat dan ia oleskan ke dahi orang itu.

Kurang dari satu menit, orang itu langsung bangun kepanasan. "Heh, panas! Lo apain jidat gue!" Cowok itu berusaha membuka mata, tapi matanya ikutan pedas. Dia buru-buru ke kamar mandi mencuci muka. Selanjutnya, matanya jadi terbuka lebar, tidak mengantuk sama sekali.

"Heh, lo ganggu orang tidur aja! Gue semaleman belum tidur!" Cowok itu berkacak pinggang. Semalaman dia belum tidur karena mengintai rumah targetnya.

Arina memperhatikan cowok itu, setelah dia lihat-lihat rupanya itu cowok yang mencegahnya bunuh diri, dan membuatnya jadi terpaksa menjalani hidup lagi.

"Lo Reynov yang kemarin di rooftop, kan?" Arina melihat nama di seragam cowok itu. "Gara-gara lo, hari ini gue masih harus berantem sama bokap dan nyokap tiri gue. Harusnya hari ini gue udah mati tenang sama nyokap gue di surga!"

Reynov juga ingat siapa gadis di depannya ini. Arina Rosalin yang mau terjun dari rooftop kemarin.

"Udah bagus, ya, gue nolongin lo. Dasar nggak tahu terima kasih! Lagian, kalau lo mati, dunia juga bakal tetep jalan. Nggak ada yang nangisin lo. Sia-sia lo mati! Hidup, tuh, yang berdampak gitu, loh! Jadi kalau kita mati, ninggalin legacy!"

Arina jadi sebal. Kenapa, sih, ia selalu kalah berdebat dengan orang ini? Ia lalu menggulung buku try out-nya dan memukuli cowok itu karena kalah berargumen.

Reynov berteriak kesakitan dipukuli. Dia ingin membalas, tapi menyerang perempuan sungguh bukan gayanya. Tapi, kalau dipikir-pikir, cewek di depannya ini sudah durhaka kuadrat kepadanya. Udah ditolongin biar nggak bunuh diri, sekarang malah marah-marah, mana tadi ganggu tidurnya pake balsem pula sampe matanya pedes. Jadi, sepertinya cewek ini pantas dapat shock therapy kecil.

Lantas, Reynov iseng memelintir lengan Arina, hingga Arina menjerit.

"Aaaa sakit!" Arina langsung memegangi lengannya. Ia gerakkan lengannya, ada bunyi kretek... dan rasanya sakit sekali. "Aaaaa sakiiiiit! Lo kasar banget, sih!"

"Heh, lo jangan lebai. Gitu aja kesakitan!" protes Reynov. Dia tidak menyangka cewek ini selemah itu. Ia menarik tangan Arina untuk mengecek, tapi gadis itu makin berteriak kesakitan.

"Lo jangan lebai, dong! Playing victim banget! Masa gini doang sakit?!"

"Ini beneran sakit!" Arina mengurut lengannya. Ia tampak kesakitan.

Fiasco KafeWhere stories live. Discover now