29. Satya's Investigation

5.3K 506 12
                                    

Hari itu Satya pulang setelah sebulan ia ikut acara penelitian di luar kota. Ia tidak sabar bertemu Amara. Pasti Amara kagum mendengar cerita penelitiannya.

"Arina, aku kemarin dipilih jadi peneliti dengan topik penelitian terbaik!" Satya mulai menceritakan biografi kisah suksesnya seperti biasa. "Jadi, aku research topik ini berbulan-bulan. Dan lihat, akhirnya kerja kerasku terbayarkan. Mereka appreciate banget. Sedangkan peneliti lain, wah... nggak ada yang se-all out aku!"

"Wah... keren!" Amara ikut bangga. "Kamu emang layak dapet penghargaan!"

Satya terus menceritakan kisah suksesnya, dan Amara pun terus memujinya.

"Arina, oya aku punya sesuatu buat kamu." Satya mengambil sesuatu dari tasnya. Sesaat ia berhenti, takut. Tapi ia menguatkan keberaniannya. Ia mengeluarkan sebuah kotak cincin. "Arina, gimana kalau kita tunangan?" katanya.

Amara berkedip-kedip tidak percaya. Satya mengajaknya bertunangan, di saat ia sudah berpacaran dengan Reynov. Amara bingung harus bagaimana menjelaskan. Ia berkata tidak enak pada Satya, "Maaf, Satya, tapi ... kamu terlambat."

"M-m-maksudnya?" Satya berusaha menelaah kalimat Amara. "Kamu... punya pacar sekarang? Siapa?" Satya menatap Amara. Amara tidak punya banyak teman, kecuali ... "Reynov? Bos kafe nggak laku itu?"

Amara tidak menjawab.

"Wah... Cuma kelewatan sebulan dan dia nyalip aku yang udah kenal kamu belasan tahun? Gila, sih!" Satya tertawa. "Kenapa kamu pilih dia? Karir aku jelas! Masa depan kamu terjamin kalau kamu hidup sama aku. Sedangkan sama dia? Kamu baru kenal dia sebentar! Kamu naif atau bodoh, Arina? Dia itu nggak bener!"

Amara berkata, "Maaf, Satya. Tapi, aku bener-bener nggak bisa nganggep kamu lebih dari temen."

"Reynov itu nggak bener! Lihat ini!" Satya lalu mengirim sebuah link dokumen ke ponsel Amara. "Di organisasi peneliti lingkungan yang aku ikuti, mereka punya data perusahaan-perusahaan yang secara ilegal buang limbah, bikin tambang, dan menang pohon. Perusahaan-perusahaan itu banyak melakukan pemalsuan izin lingkungan. Dan kamu tahu siapa pengacara yang bikin perusahaan-perusahaan itu lolos dari hukum? Reynov!"

Amara mendengarkan Satya sambil membuka link dokumen itu.

"Arina, klien-klien dia itu orang yang berusaha menipu hukum. Kayak Klarisa. Jadi, dia bukan pengacara yang membela korban-korban tertindas. Dia justru pengacara yang bikin orang jahat bisa lolos dari hukum dengan cara-cara curang! Kamu jangan naif!" teriak Satya.

Amara masih merasa Satya hanya menjelek-jelekkan Reynov karena merasa kalah dari Reynov.

"Dia udah tahu kalau ayah kamu itu Ali Sandi?" tanya Satya.

"Udah."

Satya berdecak. "Dia cuma manfaatin kamu, Arina! Dia pasti mau mengincar sesuatu dari ayah kamu! Kamu harus cari tahu siapa Reynov sebenernya!" Satya berkata marah dan pulang dengan jengkel. Harga dirinya hancur sudah.

Amara melihat kepergian Satya dengan sedih. Ia tidak ingin perpisahan seperti ini dengan teman sejak kecilnya itu.

*****

Link dokumen yang Satya berikan, masih berusaha Amara pahami. Ia awalnya mengabaikan kata-kata Satya, tapi ia teringat kasus Klarisa. Kenapa Reynov bisa membuat Klarisa lolos dari hukum, padahal Klarisa memang pemakai narkoba? Apa benar Reynov itu pengacara yang rela melakukan cara-cara kotor demi membantu orang jahat makin berkuasa?

Keesokan harinya, Amara pergi mengajar seperti biasa. Ia bertemu Sophie dan memeluk anak lucu itu. Lalu ia berbicara sebentar dengan Mr.Stanton, ayah Sophie.

"Excuse me, can we talk for a minute?"

"Sure. What's happening?" tanya Mr.Stanton.

"Emm... ini tentang kantor Robby Consultant," kata Amara. "Anda kemarin sempat bilang kantor itu bisa melakukan apa saja. Pemalsuan dokumen, penggelapan pajak, bahkan ... pembunuhan?"

Mr.Stanton memiringkan kepala. "Itu kantor pacarmu, kan? Kamu diam-diam sedang mencari tahu siapa dia?"

"Hmm...Iya."

Fiasco KafeWhere stories live. Discover now