53. Father's Love for Her

5.4K 577 16
                                    

Hari itu Reynov dengan penyamaran, datang ke penjara menjenguk Ali Sandi dan mendiskusikan rencana persidangan selanjutnya. Ia men-setting Ali Sandi agar menjadi justice collaborator dan membongkar banyak kasus korupsi di negeri ini. Publik yang sudah jengah dengan kabar koruptor, mulai bersimpati dan mendukung Ali Sandi. Membuat Robby semakin terpojok. 

"Jadi nanti kalau Robby mulai menyerang Bapak menggunakan pasal penipuan ini, Bapak bisa mengajukan banding ke Mahkamah Agung," kata Reynov menjelaskan proses hukum untuk mengalahkan Robby. Ia melanjutkan, "Nanti di MA kita bisa ajukan bukti dokumen-dokumen itu. Biasanya penelitian di MA akan jauh lebih independen daripada..."

"Sudah berapa lama kamu pacaran dengan anak saya?" Di tengah diskusi, tiba-tiba Ali Sandi bertanya.

Reynov terkejut. Ia berdehem. Mendadak gugup karena perubahan topik yang semula kasus hukum jadi hubungannya dengan Amara begini. "Emm... belum lama, Pak!"

"Belum lama itu maksudnya berapa lama? Kamu itu jadi prajurit yang tegas, dong!"

"Oya baik, Pak!" Reynov memperbaiki sikap duduknya. Tiba-tiba atmosfer ruangan terasa seperti sesi interogasi di kamp militer. Dan ternyata Ali Sandi lebih seram daripada Robby.

"Kamu serius dengan anak saya?" cecar Ali Sandi.

"Iya, Pak!"

"Kamu tidak main-main?"

"Tidak, Pak!"

"Kamu benar-benar tulus pada anak saya?"

"Iya, Pak!"

"Kamu janji akan selalu menjaga dia?"

"Iya, Pak!"

"Kamu pernah mencium dia?"

"Iya, Pak! Eh...." Reynov langsung tutup mulut. Keceplosan. Dasar dongo! batinnya.

"Berani-beraninya kamu mencium anak saya!" Ali Sandi berdiri dan menggebrak meja.

"M-m-maaf, Pak!" Reynov merapat ke tembok, seperti kucing ketakutan. Mampus gua!

Ali Sandi sengaja memainkan trik supaya Reynov hanya menjawab ya dan tidak. Orang akan cenderung berkata jujur jika dicecar dengan pola pertanyaan yang sama terus-menerus. Reynov sendiri sering menggunakan trik interogasi ini. Tapi kenapa tadi dia bisa keceplosan?!

"Pak, maaf, tapi bukannya kita sedang membahas masalah hukum Bapak?" tanya Reynov.

"Kamu berani menyela saya?!"

"Oh enggak, Pak! Enggak, Pak!" Reynov yang biasanya songong, cuek, nekat, tiba-tiba berubah mengkeret di depan Ali Sandi.

"Jadi, kamu benar-benar serius dengan anak saya?" tanya Ali Sandi.

"Iya, Pak! Saya... saya bahkan hampir mati loh, Pak, buat menyelamatkan putri bapak!"

"Kamu kena tembak?"

"Iya, Pak! Kena tembak, kena tusuk pisau, terjun dari tebing, hipotermia. Banyak, kan, Pak?" Reynov sebutkan semua perjuangannya selama perang kemarin. Dia harus cari muka supaya Ali Sandi percaya padanya.

"Kalau kamu serius dengan anak saya, lalu kapan kamu mau menikahi anak saya?"

Reynov menelan ludah. Ia memang serius mencintai Amara. Tapi, dia belum kepikiran sama sekali untuk menikah. "Emm... sesegera mungkin, Pak," jawab Reynov gugup.

"Sesegera mungkin itu kapaaaaan? Kamu ini prajurit bukan, sih?! Yang tegas, dong!"

"I-i-iya, Pak, maaf, Pak!" Reynov sudah keringat dingin.

"Jadi kapan?"

"Tahun depan, Pak!"

"Kelamaan!"

"Emm... akhir tahun, Pak!"

"Kelamaaaaaan. Bulan depan!"

"Oya, baik, Pak, siap! Noted! Eh... Hah? Bulan depan, Pak?" Reynov melongo. "Emangnya nentuin tanggal piknik, Pak? Masa bulan depan?"

"Oke, deal. Bulan depan!" Ali Sandi langsung membuat kesepakatan. "Nggak usah pesta besar. Toh, saya juga ada di penjara."

"B-b-baik, Pak!" Reynov masih antara percaya tidak percaya bulan depan ia akan menikah.

"Kamu dengar baik-baik!" Ali Sandi mendekatkan wajahnya. Serius. Ia menunjuk-nunjuk dengan jari telunjuknya. Reynov semakin panas dingin. Apalagi ini? Jangan-jangan sembilan bulan lagi dia ditarget harus sudah membawakan cucu!

"Dengarkan saya baik-baik!" Ali Sandi menatap Reynov lurus-lurus. Ia berkata serius. "Saya pernah gagal di pernikahan saya, dan saya akui itu salah saya. Saya tidak pernah menjadi suami yang baik untuk ibunya Arina, dan tidak pernah menjadi ayah yang baik untuk Arina."

Reynov menyimak dengan seksama.

Mantan pejabat tinggi itu kemudian berkata pelan dengan suara bergetar, sedikit menangis, "Saya titip anak saya!" katanya. Sungguh ia belum siap melepas putrinya yang baru saja ia temukan setelah lima tahun berpisah itu.

Ali Sandi kembali berkata, "Jika nanti suatu saat hatimu berubah dan kamu tidak lagi mencintai Arina, tolong jangan sakiti dia, cukup kembalikan putri saya kepada saya. Saya yang akan membahagiakan dia. Jangan buat dia bernasib sama seperti ibunya. Dia satu-satunya hal paling berharga yang saya miliki. Kamu bisa berjanji akan menjaga dia?"

Reynov tertegun dengan kata-kata Ali Sandi. Ia sedikit berkaca-kaca.

"Iya, Pak. Saya berjanji saya akan menjaga putri Bapak dengan baik." Reynov berikrar.

Fiasco KafeWhere stories live. Discover now