34. Extra Part: Podcast Bersama Shaka

1.1K 92 0
                                    

Remaja yang tengah menatap langit malam yang terlihat cerah itu merasa resah, teringat akan sebuah persetujuan dengan salah satu pemilik Channel Youtube yang lumayan cukup terkenal itu mengundang Shaka untuk menjadi bintang tamu mereka atas viralnya cerita tentang saudara kembarnya.

Orang-orang yang bertanya akan cerita Sena sudah mendapatkan jawaban mereka, dengan waktu yang cepat pula, popularitas cerita Sena di platform tersebut mulai meningkat dengan pesat.

Keluarganya maupun sang Penerbit tidak pernah membayangkan akan menjadi seperti ini, biasanya mereka mengkontrak penulis untuk menghapus beberapa bagian cerita yang akan dibukukan, tapi kontraknya kali ini bersama Chococul Publisher, mereka membiarkan cerita Sena tetap tersedia di Platform tersebut secara lengkap.

Meski mereka yang memiliki bisnisnya, tapi mereka tidak pernah berniat untuk menjadikan kisah nestapa yang nyata sebagai ladang untuk meraup harta.

Meskipun mereka akan tetap mendapatkan keuntungan, setidaknya memang itulah pekerjaan mereka. Mereka ingin orang-orang tetap bisa membaca karya milik Sena secara gratis dan bisa membeli versi buku cetaknya jika ingin.

Dengan memberikan sedikit keuntungan jika membeli versi cetak karena ada beberapa extra part.

"Ayah sama Bunda udah kasih gue izin untuk ceritain lo di Podcastnya Bang Ibnu," Gumamnya seraya menatap bintang.

"Tapi.."

"Apapun yang berhubungan sama lo, itu tetep nyakitin gue, Sen." Lirihnya. "Di sisi lain gue ingin semua orang tau kalo lo saudara gue yang paling hebat, bahkan gue ingin ngasih tau satu alam semesta kalo gue bangga punya kembaran kaya lo, Nawasena."

•••

Shaka menahan tangannya yang gemetaran itu dengan tangan yang lainnya, padahal dirinya masih berada di rumah dan belum sampai di lokasi acara, tapi ia bahkan merasakan kecemasan sehari sebelum acaranya dimulai.

"Ini, Ka."

Bola matanya bergerak menatap dua buah permen kaki yang disodorkan oleh Ayahnya. Shaka mendongak, menatap wajah Ayahnya yang sedang mengembangkan sebuah senyuman.

Remaja itu menerima dua buah permen kaki yang diberikan oleh Dika dengan tangan yang masih gemetar hebat.

Dika mengusap bahu lebar itu berkali-kali, seraya berjongkok di depan Shaka yang membenamkam wajahnya sedari tadi.

"Anak Ayah masih belum siap untuk mengungkit cerita Sena?" Tanyanya lembut.

Shaka menelan ludahnya dengan susah payah, ia meremat permen kaki yang digenggamnya dengan erat.

"Dulu Shaka juga ikut jahatin Sena, padahal dulu Sena nggak pernah balas Shaka dengan rasa dendam yang sama, tapi Shaka.."

"Sakit, Yah. Bahkan Shaka nggak sanggup untuk sekedar mengingat gimana jahatnya Shaka dulu."

Mendengar penuturan Shaka, Dika memciptakan sebuah kurva dengan kedua sudut bibirnya.

"Shaka.. Shaka harus belajar bagaimana caranya bisa menikmati sebuah luka. Ayah tidak membenarkan sikap Shaka di masa lalu walaupun bukan sepenuhnya salah Shaka, tapi mendengar Shaka yang bahkan selalu menolak rasa sakit atas luka yang Shaka torehkan pada Sena membuat Ayah sadar kenapa Shaka nggak pernah bisa minta maaf secara langsung sama Sena."

"Karena Shaka selalu berusaha menolak sebuah fakta bahwa Shaka juga pernah membuat Sena terluka."

Dika kali ini mengusak kepala Shaka meskipun yang terasa hanya lapisan kulitnya saja dengan senyuman sejuknya yang tak luput dari wajahnya yang ceria.

If I Didn't Wake Up Onde histórias criam vida. Descubra agora