2. Sena dan Lukanya

4.9K 349 2
                                    

Malam ini, Sena terlihat sibuk mengerjakan sesuatu di laptopnya. Tangannya bergerak lincah diatas papan ketik laptop sedari tiga puluh menit yang lalu.

Tanpa adanya tanda-tanda datangnya seseorang, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka memperlihatkan seseorang dengan rahangnya yang tegas berdiri disana.

"Kenapa, Yah?" Tanya Sena.

Ahh sosok itu adalah Ayahnya. Dimas.

"Saya dapat laporan kalau besok kamu ada ulangan Fisika. Belajar, persiapkan segalanya dengan baik. Saya tidak ingin mendengar nilai kamu dibawah 90."

Suara bariton itu mengintrupsi dan terdengar tidak ingin dibantah.

Belum sempat Sena menjawab, Dimas kembali melontarkan kata-katanya.

"Jangan berhenti belajar sebelum kamu paham. Saya tidak peduli harus menghabiskan waktu berapa lama, kamu mengerti?"

Lelaki itu terdiam, sebelum akhirnya mengacungkan jempol dan memberikan senyuman terbaiknya.

"Yah,"

Dirasa anak bungsunya sudah mengerti, Dimas hendak melangkahkan kakinya untuk pergi. Namun panggilan dari Sena mengurungkan niatnya untuk beranjak dan mendengarkan apa yang akan dikatakan anak itu sejenak.

Meski hanya dijawab dengan tatapan tajam, Sena tidak mengurungkan niatnya untuk berbicara.

"Jangan lupa makan, hehe."

Dimas menghela nafasnya kasar, tak menggubris pernyataan tidak penting dari Sena dan memilih untuk pergi darisana sepenuhnya.

Selepas perginya Dimas, Sena menghembuskan nafasnya panjang. Ia mengusap-ngusap dadanya yang sedari tadi berdegup kencang.

Gila, berasa ditembak crush.

Emang udah pernah ngerasain di tembak crush? Sena punya crush aja enggak.

"Kalo besok gue dapet nilai delapan bertelor gimana? Dijadiin babi guling apa ya," Ujarnya masih berbicara sendiri.

"Dih gue ogah amat disamain sama babi. Jadi Sena guling sabi sih kayaknya," Ocehnya ngasal.

Sena geleng-geleng kepala membayangkan bagaimana jadinya jika ia berada diposisi babi guling.

Jadi kasihan sama babi..

Menyudahi pikirannya yang sudah ngawur Sena mulai membuka bukunya dan mulai mencoba memahami serta mencatat point penting yang sekiranya akan muncul di soal ulangan nanti.

Entah bagaimana hasilnya, Sena hanya bisa berdoa dan berusaha agar ia bisa melewati hari esok dengan baik.

Semoga..

°°°

Haidar menatap lelaki bengal didepannya ini dengan pasrah. Bagaimana tidak? Ini masih jam enam pagi, dan Nawasena tengah menyeruput Iced Coffee dengan kemasan kaleng yang baru saja ia beli di supermarket tadi.

Lelaki itu mengaku belum mengisi perutnya yang kosong, tetapi Sena langsung mengisi perutnya dengan kopi, mana ngambilnya yang dingin pula.

Mereka bertemu di persimpangan jalan komplek dekat rumah, dan memutuskan untuk melakukan perjalanan ke sekolah bersama-sama.

"Lo bosen idup, Sen?" Sindir Haidar seraya melirik temannya itu sekilas.

"Diem. Gue ngabrut." Sahut Sena mengurut matanya yang perih.

"Ngabrut apaan?"

If I Didn't Wake Up Where stories live. Discover now