3. Cokelat dari Kana

3.4K 310 2
                                    

Shaka menutup pintu kamarnya dengan kencang, membalikan tubuhnya dan besandar dibalik pintu, tubuhnya ia biarkan merosot hingga kebawah lantai.

Bukan, bukan ini tujuannya.

Ia hanya ingin membuat perasaan Sena lebih baik, tapi nyatanya ia gagal lagi, ia malah menyakiti Sena dengan kata-katanya.

Shaka mengerang, ia menjambaki dan memukuli kepalanya sendiri. Merutuki kesalahannya yang lagi-lagi tak bisa menurunkan gengsi.

Sena adalah adiknya, bukan orang lain.

"Nawasena,"

"Maafin gue.." Lirihnya.

°°°

Malam ini, hujan turun begitu deras. Namun pemuda bernama Sena itu tak berniat untuk beranjak dari tepi danau ke tempat yang lebih teduh. Entah apa yang ada di pikiran anak itu sehingga dengan suka rela membiarkan tubuhnya basah terguyur air hujan.

Ia hanya berdiam diri disana, menatap lurus kedepan tanpa melakukan apa-apa.

Secara tiba-tiba, ia merasa tubuhnya tak lagi terkena air hujan. Sena mendongak, menatap payung yang melindunginya dari derasnya air.

"Kana?"

Gadis cantik itu tak menggubris. Ia menarik jaket Sena dan membawa langkah lelaki itu ke tempat yang lebih teduh.

Mereka berdua duduk di saung kecil yang ada didekat danau. Kana membuka tasnya, gadis itu menyodorkan sebuah handuk kecil.

Sena terdiam menatap handuk kecil itu. Ia masih kebingungan atas perlakuan Kanaya yang menurutnya terlalu tiba-tiba. Bahkan sebelumnya, ia dan Kanaya tidak pernah dekat, hanya sekedar partner di Organisasi OSIS saja.

"Buat apa?" Tanya Sena bingung.

"Lap aspal."

"Ya kali gue lap aspal, gabut amat."

"Lo lebih gabut, ngapain ujan-ujanan pinggir danau. Galau lo?" Sinis Kana.

"Hooh, soalnya lagi trend." Jawab Sena ngasal.

"Bodoh." Cibir Kana tak habis pikir.

Merasa kesal handuknya tak kunjung diambil, gadis itu melemparkan handuk itu tepat ke wajah Sena. Entah bagaimana lelaki itu akan bereaksi, Kana tidak memperdulikan hal semacam itu.

"Lap muka lo, kayak gembel tau gak?" ucapnya malas.

Sena melotot, berani-beraninya si Sekretaris melempar handuk ke arah wajah Waketos yang supermega tampan ini?!

Buat petisi untuk Kana turun jabatan yuk bisa yuk!

"Buset tidak ramah, tidak ada bintang." dengusnya kesal.

Meskipun begitu, Sena tetap menuruti perkataan Kana. Anak itu mengeringkan wajahnya dengan hati-hati karena ada beberapa luka dan memar yang menghiasi wajahnya.

Kana sudah menyadari wajah Sena yang babak belur sedari awal.

Ia hanya diam dan pura-pura tidak tau.

"Lo abis darimana malem-malem pulang sendiri, Na?" Tanya lelaki itu memulai percakapan setelah hening beberapa saat.

"Perpustakaan Kota." Jawab gadis itu seadanya.

"Ngapain?"

"Jajan seblak." Jawabnya asal jeplak.

Sena terlihat berpikir, "Penjaga perpustakaan kerjaan sampingannya jadi tukang seblak?" Tanya anak itu penasaran.

Kana mendengus, "Ya menurut lo, Nawasena? Gue disana ngapain?" Gadis itu kepalang kesal.

If I Didn't Wake Up Where stories live. Discover now