31. Extra Part: Sticky Note Biru

1.9K 120 0
                                    

Manik mata hitamnya itu mengedar, mengamati seluruh sudut ruangan kamar. Baru saja kemarin sore, sosok kembarannya itu masih menemaninya di sini, bahkan Shaka masih menikmati celotehan asal yang keluar dari bibir mungilnya yang menyebalkan itu.

Nawashaka, ia berdiri di depan cermin yang memantulkan setengah dari tubuhnya yang berbalut jas serba hitam, ia mengusap kepalanya sendiri, menatap matanya yang terlihat bengap karena menangisi kepergian Sena sepanjang hari.

"Waktu lo masih ada di sini, gue nangis. Giliran lo udah nggak ada di sini, gue juga nangis. Lo pasti ngetawain gue karena kapan lagi liat gue cengeng, iya kan?" Gumamnya berbicara sendiri.

Lelaki itu melangkahkan kakinya ke arah kursi belajar Sena yang belum sempat ditata rapi, melihat barang elektronik milik Sena yang terbuka lebar itu membuat Shaka teringat akan sesuatu yang pernah Sena katakan sebelum dirinya benar-benar pergi.

Sticky note biru..

Passwordnya nama lo..

Itu buat lo..

Shaka, gue sayang sama lo..

Dahinya berkedut ketika ucapan terakhir yang terekam oleh kepalanya itu terus terputar di otaknya secara berulang-ulang. Mendengar suara lirihnya sekarang terasa seperti pedang yang menggores hatinya dengan teramat dalam.

Ia menarik kursi itu dan terduduk di atasnya. Tangannya bergerak menekan tombol power yang terdapat pada sudut kiri sebelah atas, dan disaat itu pula layar yang lumayan cukup lebar itu menyala.

Permintaan untuk menginputkan kata sandi itu mulai tertera, jari-jemarinya bergerak di atas papan ketik dan mengetikkan nama "Nawashaka", beberapa saat kemudian layar yang tadinya terkunci itu berhasil terbuka.

Melihat pemandangan yang pertama kali tertangkap oleh netranya, mulutnya sedikit terbuka ketika foto keluarga yang terpasang indah pada latar belakang layarnya adalah Ayah, Bunda dan Shaka.

Foto keluarga yang dilakukan tanpa mengikutsertakan Sena.

Semakin penasaran dengan apa yang disimpan oleh Sena pada alat elektronik ini, matanya kembali menelisik ia menemukan tiga folder yang lagi-lagi hanya ada nama Ayah, Bunda dan Shaka.

Semakin penasaran dengan apa yang disimpan oleh Sena pada alat elektronik ini, matanya kembali menelisik ia menemukan tiga folder yang lagi-lagi hanya ada nama Ayah, Bunda dan Shaka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tanpa ada nama Sena, tentunya.

Tangannya bergerak di atas mouse dan membuka satu-persatu folder yang ada di sana. Matanya membulat ketika melihat banyaknya foto yang tersimpan di setiap folder sesuai dengan namanya.

Sampai lebih dari dua ratus foto di setiap folder, Shaka sampai tidak bisa menyembunyikan rasa keterkejutannya karena selama Sena melakukan ini semua, tidak ada satupun di antara mereka yang menyadari pergerakan Sena.

Shaka meremat dadanya yang berbalut dasi, kenapa rasanya jadi sesakit ini, Nawasena?

Gue sayang sama lo, Kak.

If I Didn't Wake Up Where stories live. Discover now