4. Maaf dari Sena

3K 307 2
                                    

Jam sudah menunjukan pukul enam pagi, tapi Sena masih bergulung dengan selimut tebalnya tanpa berniat untuk pergi mandi. Belum memasuki hari libur, anak itu masih harus mencari ilmu di sekolah.

"Sena? Gak berangkat sekolah?" Tanya Bundanya tiba-tiba memasuki kamar Sena.

Perlahan, lelaki itu membuka matanya yang sedikit merah. Ia tersenyum menyauti suara lembut Bunda yang menyapa telinganya.

"Sena sekolah kok Bun. Jangan marah-marah dulu ya. Bentar lagi, dingin.." Jawabnya serak seperti suara khas orang bangun tidur.

Ayodhya menangkap sesuatu dari tatapan yang Sena perlihatkan padanya. Ia menempelkan tangannya pada kening si Bungsu.

Sena terkejut, tubuhnya sampai terpelonjak kaget karena gerakan Bundanya yang sangat tiba-tiba dan tidak seperti biasanya.

"Bunda.."

Naluri seorang Ibu biasanya tidak pernah meleset.

Kening Sena terasa hangat.

"Kalau gak enak badan, gak usah berangkat." Suaranya sedikit menandakan kekhawatiran.

Lelaki itu langsung beranjak dari kasurnya, menarik handuk yang ada di balik pintu kamar mandi dan menyampirkannya di pundak.

"Sena baik-baik aja kok Bun. Ini mau mandi, hehe." Sena berkata dengan cengirannya yang khas.

"Istirahat gih, takutnya nanti kenapa-kenapa. Bun—

"Ay, Sena ke mana? Jam segini belum berangkat. Mau jadi apa dia?" Tiba-tiba Dimas muncul dari balik pintu.

Ayodhya menatap ke arah pintu sekilas, tak menggubris perkataan pedas yang keluar dari mulut itu, ia beralih kembali menatap Sena yang menatapnya tegang.

"Jangan lupa sarapan." Titah Bundanya diiringi dengan senyuman, lalu Bunda dan Ayahnya pergi meninggalkan kamar Sena.

Ada apa dengan Bundanya?

Namun Sena memilih untuk tidak memikirlan hal itu sekarang. Ia takut terlambat dan menjadi contoh yang tidak baik bagi semua siswa di Mahananta.

°°°

Haidar menunjuk-nunjuk arah teman sebangkunya, Sena, kepada Juna dan Atuy. Pasalnya, anak itu hari ini tidak seperti biasanya. Ini masih pagi, tapi Sena sudah menelungkupkan kepalanya diatas lipatan tangan dengan balutan jaket yang masih menempel pada tubuhnya yang kurus.

Atuy menggaruk kepalanya yang gatal, "Apaan sih woi?" Tanyanya tak mengerti.

Juna meninpuk kepala Atuy menggunakan buku, sedangkan si korban hanya bisa meringis mengusap-ngusap kepala berharganya itu.

"Si Sena abis batre kali. BH-nya sedang tidak baik-baik saja," Ucap Atuy dramatis.

"BH apanya jing?" Sahut Juna kaget mendengar kata sakral itu.

"Battery Health bodoh!" Jawab Atuy ngegas.

Ekspresinya begitu cepat berubah, tiba-tiba saja bocah prik itu menatap curiga Juna dan Haidar secara bergantian dengan senyumnya yang menyeringai.

Haidar agak pengen nampol-nampol gimana gitu.

"Lo pada mikir BH apaan coba? Hmz hmz, lo semua sus..." Goda Atuy seraya memicingkan matanya curiga.

Juna kembali menoyor kepala Atuy dengan bukunya, "Diem anjir, ngomong lagi gue betot congor lo." Ancam Juna seram.

"Tapi btw, muka si Sena ada memar-memar gitu gak sih? Dia dihadang badut mixiue apa gimana dah?" Tanya Atuy terheran-heran.

If I Didn't Wake Up Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang