8. Iya, Jangan Mau Jadi Gue

2.8K 290 11
                                    

Lelaki jangkung yang tengah berdiam diri di kursi taman itu melamun, seraya menggenggam kaleng minuman yang ia beli saat mampir ke supermarket tadi, sedangkan tangannya yang lain sibuk meremat kuat kertas yang tertera angka delapan puluh disana.

"Jangan diliatin terus, nilainya gak akan berubah jadi seratus." Ucap seseorang yang tiba-tiba duduk di sebelahnya.

Lelaki itu menoleh, mendapati seorang gadis yang sangat ia kenal di sekolah, terutama di Organisasinya, OSIS.

Iya, dia Kanaya.

"Ngapain?" Tanya si Ketua OSIS sedikit sinis.

Kana menyodorkan sebuah cokelat kitkat yang hanya di pandangi oleh Shaka tanpa ada niat untuk mengambilnya.

"Chocolate makes your day better," Ucap Gadis itu dengan aksen inggrisnya yang nyaman di dengar.

"Lo siapa emang?" Jawaban Shaka langsung menembus jantung Kana yang paling dalam, alias jleb banget loh.

Cepat-cepat, gadis itu menarik kembali coklat yang hanya ditatap tak minat oleh orang di sebelahnya. Kana menghela nafas kecil dan meyakinkan dirinya untuk tetap melakukan hal ini, meski rasanya sangat memalukan, tapi ia sendiri yang memilih untuk melakukannya.

Sudah dasarnya gadis bar-bar, ke bar-baranya akan selalu melekat hingga ke tulang, dan tidak bisa dihilangkan.

"Gue? Sekertaris lo, pikun?" Ujarnya enteng.

Shaka dibuat mati kutu oleh gadis dihadapannya. Sebelum pertemuan tak disengaja ini, memang mereka tidak pernah berinteraksi lebih di luar Organisasi.

Ya hanya sebatas partner saja, tidak lebih.

Kana meletakan cokelat tersebut di sisa kursi yang masih kosong, ia tak peduli lelaki itu akan mengambilnya atau tidak, syukur-syukur lelaki muka tembok itu mau mengambilnya dan memakan cokelatnya. Kana beli make duit ye kawand.

"Semuanya bakal baik-baik aja." Ucap gadis itu tampa menatap Shaka dan berdiri dari tempatnya, bergegas untuk pergi dari sana.

"Gak usah sok tau, lo bahkan gak tau apa-apa tentang gue." Jawab Shaka sarkas, bahkan dari awal kedatangan Kana, wajah lelaki itu tidak menampakan bahwa dirinya senang.

Kana menggedikan bahunya acuh, "Oke, liat nanti." Jawabnya sebelum gadis itu benar-benar pergi darisana.

Shaka menatap punggung Kana yang mulai menghilang, ia tidak mengerti apa yang dibicarakan gadis itu. Dia akan melihat apa memangnya?

"Gak jelas." Sungutnya kesal.

Ia melirik cokelat batang berbungkus warna merah itu dengan ekor matanya secara diam-diam.

°°°

Sesampainya di rumah, Shaka memarkirkan motornya ke garasi, dan melangkahkan kakinya untuk segera memasuki rumah.

"Shaka dari mana aja, Nak?" Tanya Ayodhya saat melihat kedatangan Shaka setelah anak itu berpamitan tiga jam yang lalu untuk mencari udara segar.

"Taman, Bun." Jawabnya singkat seraya tersenyum.

Bundanya mengangguk paham, "Dicari Ayah, ditunggu dekat kolam." Kata Bundanya memberi tahu.

'Duh, Ayah udah pulang ya?' Runtuknya dalam hati.

Melihat air muka Shaka yang terlihat begitu tegang, Ayodhya menepuk pundak lelaki itu perlahan. "Ka, kenapa?" Tanyanya bingung.

If I Didn't Wake Up Where stories live. Discover now