10. Sebuah Kesamaan

3K 251 12
                                    

Di siang hari yang terik ini, sepasang kakak beradik itu tengah menikmati minuman kaleng bersoda yang dibawa oleh si bungsu saat datang mengunjungi bengkel dengan alasan gabut.

"Beli cemilan gak?" tanya Alan.

"Gak lah, masa pake duit gue."

Yang lebih tua mendengus, "Itungan banget lo anjir," ujarnya kesal.

"Harta lo harta gue juga. Harta gue ya harta gue lah." balasnya sedikit songong.

Alan menjewer telinga anak itu tanpa aba-aba, "Durhaka lo jadi adek!" cibirnya kesal, tangannya beralih menyentil dahi Atuy gemas, "Gak takut di adzab lo? Kalo lo masuk neraka gue ketawain dari atas surga sampe mampus."

"Emang lo bakal masuk surga?" tanya bocah itu polos.

Sial, batin Alan. 

Nih bocah emang halal banget buat digetok pake kapaknya thor.

Memasang kuda-kudanya, Alan bersiap untuk menyerang Atuy,

Berakhir dengan Alan yang menggelitiki Atuy dengan ganas, Atuy yang tak bisa melawan hanya bisa meronta dan tertawa geli karena serangan bertubi-tubi yang dilakukan Alan.

"ANJING HAHAHA, iye minta maap gue minta maapppp!" teriaknya frustasi.

Menghentikan aksinya, kondisi Atuy sudah memprihatinkan dengan pakaian yang sudah seperti diamuk monyet bekantan, deru nafasnya pun terdengar ngos-ngosan.

"Gak kawan lagi kita Bang." desah Atuy lelah.

Alan tertawa renyah, ia melentangkan tubuhnya di karpet, dan menghembuskan nafasnya ringan.

"Bang, sebat kuy! Sekalian ambilin korek gue di laci lo," padahal dia masih mengatur nafasnya yang berantakan.

Katanya gak kawan, tapi kok ngajak sebat?

Tanpa banyak bertanya, Alan mengiyakan karena dirinya juga sama-sama ingin merokok. Tak lama, lelaki itu melempar korek dan satu bungkus rokok itu kepada adiknya.

"Bukan korek gue ini, punya siapa Bang?" dahinya mengeryit melihat warna koreknya yang berbeda.

"Lo lah, diatas meja kan?"

"Bukan, gue bilang di laci anjir,"

"Bukan punya gue juga. Terus punya siapa?" tanya Alan bingung.

"Diantara kita, yang ngerokok cuma gue sama lo doang." jelasnya.

"Lah iya— Eh?"

°°°

Tapi gue seneng bisa lakuin itu buat lo.

Semoga umur gue masih ada buat terus nunggu lo balik, gue kangen lo.

"Serius amat,"

Sena menolehkan pandangannya ke asal suara, matanya mengikuti pergerakan gadis yang baru datang itu seraya menarik satu sudut bibirnya dan menciptakan lengkungan tipis disana.

"Yeu ngaret, gue udah nunggu hampir sejam. Nyiksa gue ya lo?" cibirnya.

Gadis itu menarik kursinya dan duduk disana. "Yaudah si maap," jawab gadis itu cuek. "Mana yang masih lo gak ngerti?" ucapnya langsung kepada inti.

Bukan tiba-tiba dirinya mendatangi Sena di Cafe Terserah ini, lelaki itu kemarin menghubunginya dan meminta waktunya untuk bertemu karena ada beberapa materi yang 'katanya' belum Sena pahami.

If I Didn't Wake Up Where stories live. Discover now