13. Surat Keterangan Dokter

3.3K 250 18
                                    

"Eh dari mana lo? Tas lo ada, yang punyanya baru dateng." Celetuk Sena yang tengah berdiri di depan ambang pintu Sekre dengan tangan kanan yang menyeruput kopi, tangan kirinya disembunyikan ke dalam saku celana abu-abunya dan punggung yang menyandar pada pintu.

Kana memutarkan bola matanya malas, "Minum tuh sambil duduk, ditemenin sama setan ya lo?" Balasnya seraya melangkah masuk ke dalam ruangan.

Ternyata sudah ada banyak anggota yang berkumpul.

Mengikuti langkah gadis itu, Sena berjalan tepat di sebelah kanannya Kana. "Kan gue setannya," Ucap lelaki itu lempeng sambil kembali menyeruput kopi kemasan cup tersebut.

Mendengar jawaban Sena yang di luar dari dugaan, mulutnya sedikit menganga dan menepuk lengan kiri lelaki itu cukup keras.

"Kapan sih sehari aja lo ngomong hal yang serius sama gue?" Decak gadis itu kesal, meski di dalam hatinya gadis itu ingin sekali tertawa kencang.

"Hmm.." Deham lelaki itu dengan jari jempol dan telunjuk yang ia tempelkan di depan dagu, seolah-olah berpikir. Ditambah bola matanya yang mengarah keatas itu semakin menunjukkan bahwa Sena tengah mendalami peran.

"Yang serius ya?" Tanyanya masih dengan posisi yang belum berubah.

Kana yang melihat tingkah aneh lelaki itu menggedikkan bahunya tak peduli. Lagian apaan sih, kelakuan Sena itu diluar nurul semua, apalagi-

"Lo cantik hari ini." Bisiknya pelan di dekat telinga gadis itu, ia mengambil sesuatu yang menempel pada rambut Kana dan merapikan beberapa helai rambutnya yang berantakan.

Kepala gadis itu tertunduk hingga Sena tidak bisa melihat wajahnya, beberapa detik kemudian Sena terheran-heran karena tidak ada reaksi apa-apa dari Kana. Namun secara perlahan, kepalanya yang mungil itu bergerak kaku, menolehkan kepalanya ke arah wajah Sena secara menyeramkan.

Bahkan Sena bisa melihat api dari kedua mata gadis itu dengan wajahnya yang merah padam.

"NAWASENA LO NGAPAINNNN SIH???" Pekik gadis itu langsung berdiri dari tempat duduknya.

Sena yang merasa keberadaannya terancam itu berlari menjauhi Kana yang sudah muncul dua tanduk banteng di atas kepalanya. Gadis itu ikut berlari, mengincar mangsanya yang ingin pergi.

Gadis banteng ini menarik almamater Sena yang baru saja berlari ke luar ruangan, Kana mencubit punggung lelaki itu dengan brutal.

"WEH WEH WEH, TADI LO MINTA YANG SERIUS, GILIRAN DISERIUSIN MALAH BERUBAH JADI BANTENG?!" Seru Sena seraya melindungi dirinya dari capitan buas gadis itu.

Bertepatan dengan Shaka yang baru datang dari atap, kedua Tom dan Jerry itu masih berlarian kesana kemari di sekitaran ruangan Sekre OSIS. Melihat interaksi Sena dan Kana yang ini seperti baru pertama kali untuknya.

Apa benar jika Sena dan Kana memang sedekat itu?

Atau kali ini ia baru memperhatikan karena intensinya pada Kana mulai bertambah?

•••

Anggota OSIS sudah melalukan rapat sekitar tiga puluh menit yang lalu, Shaka yang mengambil alih komando sepenuhnya dalam rapat OSIS kali ini. Lelaki jangkung itu membawa tubuhnya ke pinggir papan tulis setelah menulis perencanaan awal sebelum mengadakan Event tahunan yang telah dirancang kasar oleh anggota inti.

"Eh, kali ini si Shaka ngemonitoring 2 Job Desc doang?" Celetuk Haje yang duduk di sebelah Sena ketika melihat gambaran yang ada di papan tulis.

Sena yang baru memperhatikan papan tulis pun ikut mengeryitkan dahinya heran. "Buset, gue megang 6?" Tanyanya sedikit kaget.

"Iya kan, ya? Biasanya doi bagi rata tugasnya," Ungkap Haje yang diangguki Sena.

If I Didn't Wake Up Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang