29. Ayah Dika?

2.7K 252 6
                                    

halooo semuanyaaa

mulmed yang ada diatas kalo bisa sambil diputer yaa!!

selamat membaca:)

•••

Hari ini, terhitung sudah satu minggu Sena siuman setelah Ayahnya datang dan meminta maaf. Ajaibnya, beberapa jam setelah kepergian sang Ayah, anak itu membuka matanya bersamaan dengan air matanya yang menetes seraya mengatakan 'Sena mau ketemu Ayah.'

Setelah dinyatakan pulih dan dapat beraktivitas meski masih segala terbatas, Sena bisa menyelesaikan Ujian Sekolahnya sampai hari terakhir, walaupun seraya melakukan kemoterapi dan pengobatan lainnya di sela-sela kesibukannya melakukan ujian.

Lelaki itu menatap pantulan wajahnya di cermin yang lumayan cukup besar, melihat kepalanya sendiri dengan senyuman kecil, ia sudah tidak memiliki sehelai rambutpun yang menutupi kulit kepalanya akibat semua pengobatan yang ia lakukan untuk mengobati kankernya.

Sena melirik ke arah pantulan wajah Dika yang ikut tersenyum seraya mengangkat alat pencukur rambut itu dan mencukur habis rambutnya tanpa sisa, lalu beralih pada Shaka yang juga ikut menghabisi rambut indahnya, menyisakan kulit kepala yang sama seperti Sena.

Sena mendongakan kepalanya ke atas ketika dirasa matanya memanas, ketika alat pemotong rambut itu beralih tempat pada tangan Ayodhya, Sena dengan cepat menahan tangan Bundanya yang akan mencukur habis rambut indahnya.

Ayodhya menatap Sena kebingungan, Sena menggeleng seraya mematikan alat tersebut. Ia berdiri dari kursinya dan membelai rambut panjang nan indah milik Bundanya dengan lembut.

"Jangan korbankan rambut indah Bunda untuk Sena. Biarkan tetap seperti ini, Sena ingin melihat Bunda tetap secantik ini sampai nanti. Bahkan ketika Sena sudah menyatu bersama bintang-bintang indah di langit malam yang tenang, Sena tetap ingin melihat Bunda seperti ini."

Ayodhya menggigit bawah bibirnya bersamaan dengan setetes air mata yang jatuh membasahi pipinya. Tangannya bergerak mengusap kepala Sena, di waktu yang bersamaan Dika dan Shaka ikut mengusap lembut kepala itu dengan berbagai macam harapan yang mereka langitkan bersama-sama.

"Keluar, yuk? Takutnya nanti temen-temen Sena udah pada dateng, masa mau lihat kita sedih-sedihan?" Ajak Dika merangkul Shaka dan Sena keluar kamar diikuti Ayodhya yang tersenyum di belakang.

Ayodhya menitah Sena untuk duduk saja di atas sofa setelah beberapa menit sebelumnya anak itu mengeluhkan sakit di kepalanya, membiarkan mereka bertiga menyiapkan acara kecil-kecilan untuk syukuran atas pernikahan Dika dan Ayodhya yang akan digelar nanti malam yang hanya akan dihadiri oleh kerabat terdekat dan beberapa orang yang diperlukan.

Tentunya, proses perceraian Dimas dan Ayodhya sudah tuntas dan sudah resmi bercerai.

Memperhatikan gerak-gerik Dika dan Shaka yang tengah menyiapkan acara, membuat Sena merasa menjadi orang yang paling berharga di dunia, ia mengusap pipinya yang basah karena air mata, saat itu pula Dika berjongkok seraya mendongakkan kepalanya pada Sena yang duduk si sofa.

Tangan itu begerak naik, menghapus air mata yang mulai mengalir deras dari mata indah milik Sena yang menatapnya sendu.

"Kok nangis? Sena takut karena ngeliat tuyul dan bakyul?" Tanya Dika menunjuk dirinya dan Shaka.

Ditengah-tengah derasnya air mata yang turun, bibir pucat dan kering itu terkekeh seraya tersenyum. "Kalo Om tuyul, terus Shaka bakyul. Sena apa, Om?" Tanyanya.

"Kalo Sena itu malaikat kecil yang turun ke bumi." Jawab Dika seraya melayangkan senyuman yang tulus.

Tak sempat membalas perkataan Dika, suara teman-temannya di luar itu mengalihkan atensi mereka. Sena menghapus air matanya dengan cepat, Dika meminta Sena untuk tetap diam di tempat, biarkan ia yang membukakan pintu untuk mereka.

If I Didn't Wake Up Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang