6. Luka Bunda

3.1K 270 6
                                    

"Mas Dim,"

Lelaki paruh baya itu menoleh, mendapatkan kehadiran istrinya di ambang pintu, dahinya berkerut.

"Kenapa gak masuk, Ay?"

"Kanaya ngasih tau aku kalo Sena sempat muntah-muntah, apa lebih baik jadwalnya diundur jadi besok aja, Mas?" Ucapnya hati-hati.

Dimas tertawa hambar, menganggap remeh ucapan Sang Istri barusan. "Kamu masih belum ngerti ternyata," Ucapnya kemudian.

"Aku gak mau ribut, Mas Dimas." Cegah wanita itu sebelum Dimas mengajaknya ke obrolan yang lebih jauh. "Turutin aku, sekali ini aja." Pintanya pada Dimas.

Dimas mendekat, mengusap lembut kepala Sang Istri dan menatapnya penuh isyarat yang Ayodhya sendiri tak mengerti maksudnya apa.

"Dari awal, kamu emang gak pernah ada di pihak aku." Bisiknya tepat di dekat telinga Ayodhya.

Sebelum akhirnya percakapan mereka terhenti karena kedatangan Kanaya.

°°°

Sena menarik beberapa lembar kertas yang ada di atas mejanya, di sana ada berbagai bahasan yang seharusnya gadis itu ajarkan kepadanya.

"Gue udah siapin materi sama contoh soalnya. Kalo lo masih gak mudeng, bisa hubungin gue diluar jam yang udah ditentuin bokap lo."

Lelaki itu tersenyum tipis, entah apa yang membuat Sena ingin tersenyum tiap kali mengingat gadis itu di dalam pikirannya.

"Kanaya, lo bikin anak orang penasaran.." Gumamnya pelan.

Ting!

Sena menarik ponselnya yang berdenting di atas meja kecilnya. Notifikasi yang terlihat pertama kali di pop-up ponselnya adalah pesan dari Alan.

Bang Alan:
| Kata anak-anak, lo gak masuk. Sakit beneran lo?

Sena:
| Yakali bener, boong lah

Bang Alan:
| Ya, serah.
| Udah baikan?

Sebuah lengkungan indah itu tercipta di bibirnya yang pucat, tidak ada yang lebih baik ketika orang-orang terdekatnya bertanya tentang kabarnya. Anak-anak yang lain sudah menghubunginya ketika berita Sena tidak masuk sekolah terdengar ke telinga mereka.

Sena senang, setidaknya, mereka mengingat akan dirinya.

Sena:
| Selalu baik gue mah😎

Bang Alan:
| Kalo dah sehat, kumpul di ruko bareng anak-anak. BBQ, gas?

Sena:
| GAS SEKARANG!!!

Bang Alan:
| Sembuh dulu
| Ditunggu.

Sena:
| lopyu banh😘
Read

Setelah pesannya tak lagi dibalas, Sena menolehkan kepalanya dari layar ponsel, betapa terkejutnya lelaki itu ketika melihat seseorang yang berdiri di hadapannya dengan menjinjing sebuah plastik putih yang entah isinya apa.

If I Didn't Wake Up Where stories live. Discover now