62. Hati-hati Di Jalan

Start from the beginning
                                    

Sean yang tengah melamun di dalam ruangannya itu lantas menoleh kala didengarnya suara ketukan dan suara seorang perempuan dari arah pintu.

Ternyata, itu adalah Maudy, sekretarisnya. Perempuan cantik itu langsung menderap masuk begitu Sean memberinya sebuah isyarat untuk masuk. Lantas begitu saja, beberapa map berkas penting yang perlu diperiksa dan ditanda tangani oleh Sean langsung laki-laki itu rampungkan.

Di tengah-tengah sesi Sean menyelesaikan tanggung jawabnya tersebut, Maudy yang tadinya menyimak, mendadak bersuara.

"Maaf Pak, saya dititipkan sebuah pesan dari seseorang bernama Amanda. Nona itu datang ke sini kemarin pagi, dan saya bilang kalau anda masih di luar negeri."

Mendengar satu nama yang begitu familiar baginya itu disebut, Sean pun menghentikan aktivitas mencoret-coretnya di atas kertas, lalu mendongakkan kepala pada Maudy.

"Amanda?" tanyanya memastikan.

"Iya. Setahu saya, nona itu juga salah satu client kita. Jadi, saya pikir saya harus menerima dan menyampaikan pesannya kepada anda."

Sean menganggukkan kepalanya seraya mengangkat alis. "Ya kamu benar, dan sepertinya..." ia kemudian tampak sedikit terburu-buru membuka ponselnya yang tadinya tergeletak begitu saja di atas meja. Lalu ia masuk ke bagian pesan whatsapp dan mulai scrolling untuk mencari kontak bernama "Amanda" yang benar saja, ada beberapa pesan dari wanita itu yang tak sempat terbaca olehnya.

"Benar dugaan saya, dia ngechat saya tapi chatnya ketimbun."

Maudy yang mendengarnya cuma menganggukkan kepala seraya ber-oh ria.

"Baiklah kalau begitu, saya akan menghubunginya setelah ini. Terima kasih."

Sean pun melanjutkan sedikit lagi tugasnya lalu setelah selesai, ia memberikan kembali semua berkas-berkas tersebut pad Maudy dan si perempuan berambut sebahu itu pun pamit undur diri.

Sepeninggalan Maudy, sesuai perkataannya tadi, Sean pun mulai mengetikkan sesuatu di room chat bernama 'Amanda'. Ia berniat untuk membalas pesan perempuan itu yang baru saja sempat dibuka dan dibaca olehnya.

To: Amanda

Sorry, aku baru balas pesan kamu. Chat kamu ketimbun.

Yes, I'm okay. Aku kemarin ada liburan ke Jepang dan ya, semua kerjaan aku tinggal sementara di Jakarta. Kalau ada yang mau kamu bicarain soal project kita, tinggal kabarin aja. Kita bisa ketemu setelah jam kantor hari ini atau kalau kamu mau, kamu bisa datang ke kantor besok.

Pesan panjang kali lebar itu tak memerlukan waktu banyak untuk langsung dibaca dan dibalas oleh Amanda.

From: Amanda

Boleh aku telepon kamu sekarang?

Sean memandangi sebait pesan itu dengan alis yang sedikit terangkat. Tapi setelah beberapa saat ia menimbang-nimbang seraya melirik ke arah jam tangannya sebentar, ia pun memutuskan untuk mengiyakan kemauan gadis itu.

Lantas, tak butuh waktu lama, telepon masuk dari perempuan itu pun muncul. Tanpa pikir panjang Sean langsung mengangkatnya. Ia pikir, memang ada hal urgent yang ingin disampaikan Amanda sampai-sampai ia perlu menelepon Sean di tengah jam kerja seperti sekarang.

"Halo, Sean how are you?!"

Suara di seberang terdengar antusias namun sedikit serak.

"Yes, I'm okay. Kamu?"

Amanda terdengar menghembuskan napasnya pelan.

"I'm okay," katanya pelan. "Aku ingin banget ketemu kamu sekarang tapi kayanya... aku gak bisa."

"Kenapa? Kamu lagi di luar kota?"

"Bukan."

"..."

"Aku... di rumah sakit."

"Rumah sakit?"

"Hm, mendadak kemarin kondisi aku drop."

"Kamu opname? Di RS mana?"

"Gak apa-apa kok, I'm fine. cuma emang masih agak pusing aja."

Sean diam. Tak tahu harus berkomentar apa.

"Aku pengen banget ketemu kamu buat bahas soal project kita. Tapi aku belum bisa ke sana dulu."

"It's fine... Kamu gak usah maksa buat ke sini dulu."

"Ya... tapi aku ngerasa kita gak punya waktu lagi. Project itu harus segera finalisasi buat diputusin bakal gimana. Aku dikasih waktu cuma kurang dari satu minggu buat mulai lanjut realisasi."

Sean berpikir sejenak. Menimbang-nimbang tentang keputusan yang akan diambilnya setelah mendengar statement dari Amanda tersebut.

Lantas, tak berapa lama kemudian, Sean pun bersuara lagi.

"Yaudah, kamu shareloc aja rumah sakit di mana kamu dirawat sekarang. Jam makan siang ini, aku ke sana."

"Sean, kamu serius?" Suara di seberang terdengar antusias.

"Kamu bilang kita gak punya banyak waktu jadi... aku yang datang ke sana. Sekalian jenguk kamu."

"Okay, kamu benar. Kalau gitu, aku tunggu. Hati-hati di jalan."

Sean membalas dengan sebuah deheman pelan sebelum akhirnya ia bergegas menutup teleponnya dan kembali fokus pada pekerjaanya di laptop yang sempat tertunda.

****

kirain "hati-hati di jalannya" dari Seje, eh tahu-tahu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

kirain "hati-hati di jalannya" dari Seje, eh tahu-tahu...

:')


-putri-

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Where stories live. Discover now