57. Kenapa Dia Melakukan Semua Ini?

Start from the beginning
                                    

DUAR!

"HUWA!!" Seje refleks berteriak. Spontan memancing respon Sean yang dengan cepat menarik tubuhnya yang tadinya hendak jatuh terjongkok dan meringkuk untuk laki-laki itu peluk dengan erat di dalam rengkuhannya.

"You are safe now! You're safe!"

"Hhhhh!" Hanya deru napas Seje yang terdengar begitu kentara. Menunjukkan bahwa si gadis masih berperang dengan keterkejutannya. Alhasil, merasa tak ingin wanita di pelukannya itu makin larut dalam ketakutannya, Sean pun mengeratkan dekapan mereka. Memberi tepukan lembut pada punggungnya selama beberapa kali sampai akhirnya, Seje mulai merasa jauh lebih tenang bersamaan dengan kilatan yang tak lagi datang.

****

Sesi berteduh yang dilakukan oleh Sean dan Seje berlanjut dengan makan siang di minimarket yang mereka tumpangi selama nyaris dua jam lamanya itu. Sekarang, hujan tak lagi turun separah sebelumnya. Guntur demi guntur juga sudah lama berhenti, bersamaan dengan langit hitam yang kini mulai terang kembali.

Sean yang menyadari bahwa gaun berwarna terang yang dipakai Seje akan memperlihatkan bagian dalam pakaiannya karena basah, lantas melepaskan jaket jeans yang tadinya ia kenakan untuk dibalutkan di atas bahu perempuan itu. Seje yang masih berupaya untuk menenangkan diri itu tak menolak sama sekali. Dibiarkannya jaket Sean yang kebesaran itu membalut tubuhnya. Setidaknya, itu membantu membuatnya merasa sedikit lebih hangat.

"Makan dulu," kata Sean seraya menyodori Seje satu cup ramen instan yang sudah ia rebuskan dan siap makan.

Gadis yang sedari tadi merenung sembari duduk di salah satu bangku minimarket itu pun menoleh, menerima pemberian Sean dengan sebuah ucap terima kasih yang begitu pelan.

"Itu masih panas, dihembus dulu atau kalau gak lo tunggu sebentar sampai agak mendingan," kata Sean lagi seraya mengambil posisi duduk di hadapan Seje dan mulai mengaduk-aduk mienya sendiri, sampai mengeluarkan kepulan asap yang begitu kentara.

Mendengar ucapan Sean tersebut, Seje pun meletakkan kembali sumpitnya seraya memandang tercenung pada cup mienya yang memang masih cukup panas tersebut. Lalu, entah apa yang ia pikirkan, gadis itu diam begitu saja dalam posisi tersebut. Berhasil memantik rasa ingin tahu Sean yang agaknya mulai merasa sedikit cemas.

"Lo... oke kan?" tanya laki-laki itu dengan tatap yang memandang Seje lamat.

Sementara itu, gadis yang ditanyai itu tak langsung menjawab. Ia mengangkat wajahnya, membalas tatapan Sean dengan sorot mata datar.

"Gue... hachoo!"

Akibat hujan-hujanan dan masih mengenakan pakaian basah, Seje yang sedari tadi menahan dingin itu akhirnya tak lagi bisa menahan sesuatu yang begitu gatal di hidungnya. Ia pun mulai bersin-bersin. Mengundang atensi Sean yang lantas menghentikan aktivitas mengaduk mie nya dan memandang pada Seje dengan tatap cemas.

Berselang, laki-laki itu bangkit dari bangkunya dan berjalan ke arah rak mini market. Mencari sesuatu yang Seje tak tahu apa itu. Tapi tak berapa lama, laki-laki itu kembali dengan membawa serta sebuah hot pack yang ia berikan ke tangan Seje.

"Genggam ini dulu, terus nanti minum obat." Ucap laki-laki itu seraya mengeluarkan satu bungku obat tablet yang ternyata juga sudah dibelinya.

Melihat perhatian Sean tersebut, Seje sempat dibuat terhenyak sebentar sebelum akhirnya atensinya teralihkan oleh bersin-bersinnya sendiri yang sangat mengganggu tersebut.

Ia pun menggosok hidungnya yang mulai berair. Lalu tak berapa lama, dikejutkan oleh kehadiran tangan Sean yang telah menyodorinya secarik tisu.

"Oh, thanks..."

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Where stories live. Discover now