56. Menembus Hujan

Start from the beginning
                                    

"Seneng banget ya mau ke Disneyland?" tanya Sean pelan. Tapi entah mengapa pertanyaan itu terdengar sedikit berbeda di telinga Seje. Maksudnya, Seje nyaris tidak pernah mendengar Sean berujar dengan begitu manis seperti barusan. Jadi wajar, jika kini Seje agak dibuat kelagapan untuk menjawab. Entahlah, ia hanya merasa kepalanya blank sesaat dan hanya ada Sean yang tengah memandang teduh padanya itu, di kepalanya sekarang.

"Mikirin apa?"

Satu pertanyaan yang keluar lagi dari bibir Sean tersebut agaknya berhasil memukul kesadaran Seje. Gadis itu membundarkan matanya sebentar, mulai berbicara dengan suaranya yang agak gagap.

"Eum, g-gak ada kok."

"Serius?"

Seje menganggukkan kepalanya cepat.

"Iya!" katanya lugas.

"Hm, oke."

"Iya."

"Lo kecepetan gak sih, gue baru siap mandi."

"Gak apa-apa. Gue emang sengaja cepet kok. Soalnya males buru-buru, hehe." Seje kemudian tertawa canggung di ujung kalimatnya. Sebuah tawa yang memang sempat membuat situasi di antara dirinya dan Sean menjadi agak sedikit canggung.

Alhasil, karena Sean tak ingin nuansa yang terbangun di antara mereka kian aneh dan canggung, Sean pun memutuskan untuk segera bersiap-siap dan keduanya akhirnya benar-benar berangkat pergi setelah waktu menunjukkan pukul setengah sembilan pagi.

****

Perjalanan yang dilalui oleh Seje dan Sean dengan taksi belum berjalan lima menit ketika cuaca mendung yang membuat langit tampak gelap sedari tadi itu akhirnya terhenti karena hujan berikut petir dan badai yang secara tiba-tiba datang melanda.

Seje yang kadung antusias dan takut rencana dan mimpinya untuk main ke Disneyland gagal lagi karena hal yang tak diinginkan itu pun buru-buru menegakkan tubuhnya kala si sopir menepikan mobil. Matanya ia pendar ke sekeliling yang tak lagi bisa memeperlihatkan bagaimana kondisi di luar sana karena jarak pandang yang jadi terbatas akibat badai. Tapi ia tak pantang arang, ia pun mencondongkan tubuhnya pada si sopir. Bermaksud untuk menanyakan sesuatu yang sebenarnya ia juga takut akan jawaban yang diterimanya.

"Why do we stop here?"

Si sopir yang terlihat berusia 40an itu lantas menoleh padanya.

"It's stormy outside and there's just been a notification to stop all activity. I didn't dare to keep driving."

Seketika itu pula, dahi Seje berkerut dalam. Ia bahkan sudah menggigiti bibirnya cemas.

"Pak! Eum, I mean, sir! Please, we can continue—"

"Sorry, ms. I can't..."

"But I have such an important event that can't be missed!"

"I'm sorry..."

Melihat situasi yang makin tidak kondusif jika Seje terus-terusan bersikeras untuk memaksa sopir itu menyetir, akhirnya Sean yang sedari tadi menyimak itu pun mengambil tindakan.

"Je, tenang dulu. Kayanya lo gak bisa maksa bapaknya buat lanjut nyetir." Laki-laki itu berujar tenang seraya menarik dua bahu Seje yang tubuhnya itu sudah begitu merapat ke kursi depan.

Lalu, tanpa usaha yang begitu berarti, Sean pun berhasil mengarahkan Seje untuk kembali duduk bersandar pada kursinya sendiri.

"Di luar hujan lebat banget dan kayanya bakal ada badai. Anginnya kencang banget. Lo juga denger tadi kan, ada informasi di radio bahkan beberapa pengeras suara dan ponsel yang ngasih tahu kalau bakal ada badai. Jadi... kita gak bisa egois buat maksa tetap pergi sekarang."

Mendengar kata-kata Sean tersebut, terang saja kecemasan Seje semakin memuncak. Ia tak bisa menyembunyikan perasaannya tersebut karena kini semua kecewanya terpatri jelas di wajahnya yang sudah cemberut total.

"Tapi, gue mau ke Disneyland..." lenguhnya pelan, mulai kehilangan tenaga.

"Iya, gue tahu."

"Terus sekarang gimana? Lo bilang gak bisa pergi! Artinya batal gitu?! padahal gue udah expect—"

"Pssttt!" Sean yang refleks mendesis seraya menjulurkan telunjuknya ke depan bibir Seje itu spontan membuat si gadis diam tak berkutik. "Kita di dalem taksi loh. Ada orang lain di sini, lo jangan keras-keras ngomongnya."

Seje cuma bisa mendengus pelan. Kesal berpadu kecewa.

Melihat wajah sang gadis yang jauh lebih gelap dan kelabu dibanding langit mendung di luar sana, Sean pun inisiatif untuk mencari ide dan jalan keluar atas masalah yang sedang mereka hadapi sekarang. Jujur, Sean juga tak ingin rencana mereka ke Disneyland gagal. Ia juga menantikan momen ini.

"Ini udah gak gitu jauh sih dari sana."

Mendengar sebaris statement Sean yang seolah memberi satu titik harapan bagi Seje tersebut, sontak gadis berambut panjang yang duduk di sampingnya itu pun menolehkan kepala. Memandang pada Sean dengan sorot mata berharap.

Sementara itu, Sean yang tadinya masih terlihat menimbang-nimbang seraya memendar pandang berkeliling itu akhirnya meneguhkan niat. Ia pun membalas tatapan Seje sebentar. Menyempatkan diri untuk menyunggingkan senyum tipisnya, lalu begitu saja ia menyodorkan tangannya ke hadapan Seje. Membuat si gadis cuma bisa memandang telapak tangan yang terbuka itu dengan pandangan tak mengerti.

"Ayo," kata Sean kemudian.

Tapi Seje yang tak juga ngeh cuma bisa mengangkat kedua alis, bingung.

Sean yang sadar tindakannya tersebut tak mudah untuk dipahami oleh Seje pun akhirnya menggerakkan sebelah tangannya yang lain untuk menjemput jemari Seje dan ia letakkan di atas telapak tangannya yang tadi. Kemudian, ia menggenggam tangan Seje yang lebih kecil darinya itu.

"Kita turun dan pergi ke sana sekarang," ucap Sean tanpa keraguan.

"Jalan kaki?" tanya Seje, antara ragu namun juga ada binar-binar antusias yang kembali hadir di sepasang matanya.

"Iya."

"Lo yakin?"

Sean menganggukkan kepala dengan begitu kukuh.

Lantas, tak ada lagi yang perlu membuat Seje merasa ragu. Gadis itu pun menganggukkan kepalanya sekali dan langsung beranjak bersama dengan Sean yang telah lebih dulu bangkit.

Well, dua orang yang sedikit hilang akal itu akhirnya menembus hujan begitu saja.

Mereka tidak tahu bahwa yang mereka lakukan adalah sesuatu yang sangat beresiko.

Tapi mau dikata apa, keduanya memang seingin itu untuk pergi.

****

memang ni lakik binik bedua agak laen ygy haha

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

memang ni lakik binik bedua agak laen ygy haha

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Where stories live. Discover now