36. Gisa Marah Lagi?

17 2 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






“Kak, maaf!”

Gisa menundukkan wajahnya. Ia benar-benar merasa bersalah, jujur saja dirinya hanya menganggap Sean seperti kakak laki-laki, tidak lebih dari itu.

“Jangan merasa bersalah, kakak gak apa-apa serius!”

Ucapan Sean berbalik dengan hatinya. Ia sudah tahu jika Gisa pasti akan menolaknya, tapi jika ia ingin berusaha, ia harus mencobanya meskipun gagal. Setidaknya ia sudah mencobanya.

Setelah pembicaraan singkat mereka di taman tadi, Gisa langsung pergi menuju Rumah Sakit. Di perjalanan dirinya benar-benar masih memikirkan soal Sean yang tiba-tiba menyatakan cintanya.

Hingga sampai di tempat tujuannya, Gisa berjalan perlahan menuju ruangan Tara. Karena dirinya memang sudah janji untuk datang menemui kekasihnya itu.

Tak!

Tak!

Tak!

Itu bukan suara sepatu yang Gisa kenakan, itu suara seseorang di belakang Gisa. Seorang perempuan dengan balutan dress mini dan sebuah heels yang diduga menjadi sumber suara yang Gisa dengar.

Gisa terus melangkahkan kakinya menuju ruangan Tara yang memang berada di ujung lorong. Seseorang yang Gisa kenal melambaikan tangannya.

“Gisa!” panggil Hazel antusias.

“Hai, Kak. Gimana perkembangan Tara?”

“Ba....” ucapan Hazel terpotong karena seseorang baru saja nyelonong masuk ke ruangan Tara.
Gisa dan Hazel menatap heran dan penasaran. Siapa perempuan yang ada di hadapan mereka sekarang?

Hingga terdengar suaranya memanggil seseorang yang tentu saja berada di dalam ruangan itu. Tara.

“Tara sayang, kamu tega gak ngasih tau aku. Kamu masuk rumah sakit malah gak ngabarin.”

Lagi-lagi Gisa dan Hazel dibuat kaget oleh perempuan barusan. Siapa yang tidak kaget, perempuan itu memanggil nama Tara ditambah dengan embel-embel sayang. Gisa yang merasa kesal pun mendekati ke arah pintu yang memang masih terbuka sedikit.

Terlihat dari celah pintu yang masih belum tertutup sempurna. Perempuan itu duduk di kursi yang memang ada di samping Tara.

“Itu siapa, Kak?”

“Kakak gak tahu, kita masuk aja. Kamu gak cemburu apa?”

TIBA-TIBA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang