15. Maaf

38 1 0
                                    


✨

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





“Pak Ahmad saya pecat!”

Terdengar jelas di telinga Gisa. Itu suara Tara yang sedang memarahi Pak Ahmad. Karena ini salahnya, Gisa segera menerobos masuk dan menghampiri Tara yang sedang naik pitam.

“Pak Ahmad gak dipecat, balik aja ke kamar biar Gisa yang dihukum aja yah, pak!”

“Tapi, Non!”

“Biar papah yang gaji Pak Ahmad. Pak Ahmad jadi supir pribadi Gisa. Udah sana Pak!”

“Iya, Non. Misi Tuan!”

Pak Ahmad keluar dari ruang tamu. Tinggal Gisa dan Tara yang sedang saling menatap tajam satu sama lain.

Sedangkan mamahnya Tara sedang pergi ke supermarket untuk membeli kebutuhan rumah ini dengan Bi Sari.

“Bagus! Masih berani Lo liatin wajah songong Lo di sini!”

“Kenapa Lo pecat Pak Ahmad?”

“Gue yang berhak di rumah ini dan Lo seenaknya jalan sama cowok dan baru pulang jam segini. Wah punya nyali juga Lo.”

Gisa memutar malas matanya. Ia hendak pergi meninggalkan Tara yang sedang marah kepadanya.

“Lo belum sebulan di sini tapi Lo udah berani jalan sama cowok, jadi cewek jangan gampangan.”

Karena mendengar kata gampangan Gisa berhenti saat hendak menaiki tangga. Matanya panas seketika, ia hendak menghampiri Tara dan ia ingin menghajarnya.

Namun, aksinya ia urungkan. Dara dan Bi Sari baru saja pulang dan melihat pertengkaran Gisa dan Tara.

Gisa merogoh tasnya dan mengeluarkan bungkusan putih berisi senar gitar yang hendak ia berikan kepada Tara.

“Gue keluyuran malam Cuma nyari itu, gua hanya ingin ganti senar Lo yang putus, tapi Lo bilang gue gampangan. Selemes itu mulut Lo, Kak.”

Setelah mengatakannya, Gisa melenggang pergi menuju kamarnya. Ia mengunci dirinya di sana. Baru pertama kali seorang pria mengatakan hal yang di luar dugaannya.

Selama dirinya hidup, baru kali ini ia mendapatkan hinaan yang membuatnya menangis. Gisa sedang menangis di balik selimutnya. Ia mengunci diri dan tak ingin keluar dari kamarnya.

Sedangkan Dara yang melihat dan mendengar pertengkaran itu, segera menghampiri Tara yang masih menatap bersalah ke arah bungkusan berisi senar gitar itu.

TIBA-TIBA CINTAWhere stories live. Discover now