32. Permintaan Maaf

9 1 0
                                    

✨

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





Mama!”

Gisa langsung melepaskan pelukannya dari Kenzo. Lalu ia menghampiri Dara yang memang sudah merentangkan tangannya untuk memeluk putri kesayangannya.

“Maafin Gisa, Mam. Hiks...hiks...hiks Kak Tara.”

“Sssttt... Udah gak apa-apa. Tara lagi ditangani. Kenapa kalian bisa ada di sini?”

“Ini Tante, tadi Azel bilang kan mobil mogok, nah Gisa yang bawa Azel ke sini. Kebetulan tas Azel ketinggalan, tadinya mau dibawa ke mobil Gisa. Tapi orangnya udah di sini. Oh Tuhan takdir apa ini?”

Hazel terus bergumam sendiri di sambil menatap tak percaya dengan kenyataan ini. Faktanya ia baru saja bertemu dengan wanita yang membuat Tara tergila-gila sampai segininya.

Akhirnya Gisa dan Kenzo ikut menunggu selesainya proses operasi Tara. Gisa tak mau melepaskan dirinya dari rangkulan Kenzo dengan hatinya yang tak tenang.

Bohong jika memang Gisa sudah melupakan Tara dalam waktu singkat. Nyatanya, perasaan itu masih ada dan selalu ada di hatinya.

Satu jam mereka menunggu. Akhirnya dokter selesai melakukan tugasnya. Ia keluar bersama dengan Tara yang masih dalam pengaruh anastesi.
Gisa menatap wajah Tara yang terlihat lebih tirus, Tara benar-benar terlihat kacau. Lingkaran hitam di bawah matanya menandakan Tara sering bergadang dan hanya tidur sebentar.

Dokter menghampiri Dara dan memberitahukan bahwa operasi berjalan lancar dan keadaan Tara akan segera membaik setelah siuman nanti.

“Dek, kita pulang dulu. Papah sama ibu pasti khawatir.”

Gisa menggelengkan kepalanya. Ia ingin memastikan keadaan Tara terlebih dahulu. Setelah itu ia akan benar-benar pulang dan kembali ke tempat semula.

Dara yang melihat keadaan Gisa yang terlihat sedih, langsung menghampirinya.

“Gisa bisa ikut mama sebentar?”

“Iya bisa, Mam.”

Di balkon rumah sakit tepatnya mereka sedang di balkon lantai tiga. Dara ingin mengatakan hal yang memang seharusnya Gisa mengetahui kebenarannya.

Dara mengambil kedua tangan Gisa dan ia menggenggam dengan penuh kasih sayang.

“Mama minta maaf, mama tidak bisa menemui kamu karena mama lebih khawatir dengan keadaan Tara belakang ini.

Kembali sama Tara sayang, Tara gak bisa kalo gak ada kamu. Tara tiap hari pulang lebih awal dari kantor dan berakhir ke club’ atau minum di rumah sampai benar-benar mabuk.

Mama gak tahu harus gimana lagi, hingga akhirnya Tara masuk rumah sakit dengan keadaan muntah yang berlebihan. Mama khawatir dan dokter bilang harus segera dioperasi.”

TIBA-TIBA CINTAWhere stories live. Discover now