22. Lah, Maksa

19 2 0
                                    



✨

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.







Keesokan harinya....




Gisa bangun pagi, ia berniat pergi ke taman komplek hanya untuk sekedar olahraga kecil. Namun saat ia hendak pergi, suara klakson mobil terdengar hingga ruang makan.

“Pagi-pagi gini siapa yang bikin rusuh?” tanya Dara pada Gisa.

“Gak tau, Mam. Gisa liat dulu bentar.”

Gisa berjalan ke arah pintu utama dan segera memeriksa pemilik suara klakson tersebut.

Klek...

Kepalanya menyembul dari balik pintu lalu mencari sebuah mobil. Ternyata ada satu mobil berwarna hitam di depan gerbang rumahnya.
Dengan berani Gisa menghampiri mobil tersebut dan mengetuk kaca mobil dengan cukup keras.

“Woy buka! Siapa Lo? pagi-pagi dah bikin ribut aja.”

Perlahan kaca mobil tersebut terbuka. Terlihat seorang wanita paruh baya dengan seorang perempuan muda di sampingnya.

“Maaf Tante. Mau ke siapa? Dan untuk klakson cukup sekali aja jangan berkali-kali, pusing dengernya!”

“Siapa Lo gak sopan banget sama orang tua. Gue mau ketemu sama Tante Dara dan Tara. Mereka ada? Dan gue baru liat Lo, Lo pembantu baru di sini yah?”

Gisa memukul keras body mobil tersebut.

Bugh.


“Heh, gue bukan pembantu. Tunggu di sini gue panggil mama dulu!”

Gisa berjalan dengan kesal karena dirinya disebut sebagai pembantu. Bisa-bisanya dandanan kece begitu disebut pembantu. Gisa masuk ke dalam rumah dengan wajah kesalnya.

Dara yang melihat Gisa kembali dengan wajah kesal pun bertanya.

“Siapa yang datang?”

“Gak tau. Ada nenek-nenek sama nenek lampir datang cari mama sama Kak Tara. Gisa mau ke kamar aja, udah gak mood!”

Gisa berlari menuju kamarnya. Saat di depan pintu, Tara baru saja keluar dari kamarnya dengan handuk yang masih menggantung di pundaknya. Sepertinya Tara baru selesai mandi dan hendak pergi sarapan.

Tapi melihat Gisa memakai pakaian olahraga membuatnya ingin menghampiri Gisa. Namun sayang, perempuan itu baru saja masuk dan mengunci kamarnya.

Tok.

Tok.

Tok.

“Sayang ada apa? Gak baik pagi-pagi udah marah-marah.”

“BODO! Sana turun ada cewek yang nyari Lo!”

Gisa membuka sepatunya lalu ia membanting tubuhnya ke atas ranjang. Ia lebih baik kembali masuk ke alam mimpi, daripada harus bertemu dengan dua wanita yang berada di depan tadi.

TIBA-TIBA CINTAWhere stories live. Discover now