3. Sekretaris Gue

67 2 0
                                    

Sepiiiii bgt 🥲


Brak!

Gisa menutup pintu taksi yang ia naiki. Gisa pergi ke perusahaan milik Tara dengan naik taksi online.

“Awas aja di rumah. Dasar Tara titisan dugong, gue ceburin ke kali Ciliwung baru tau rasa Lo!”

Amarah Gisa meledak-ledak karena Tara meninggalkannya begitu saja. Malam sebelum Gisa memejamkan matanya, Tara mengetuk pintu kamarnya.

“Nanti pagi berangkat bareng gue!” Tara berucap sambil melengos pergi.

Gisa yang mulai merasakan kantuknya, menghiraukan perlakuan Tara yang ternyata gengsinya tinggi.

Kenyataannya saat pagi hari, Gisa sudah siap dengan pakaian formal untuk melamar pekerjaan. Tara malah mengatakan hal yang membuat Gisa naik pitam.

“Lo naik taksi aja, gue ada urusan. Awas jangan telat. Gue tunggu 20 menit lagi di kantor!”
Tara pergi begitu saja meninggalkan Gisa yang masih melahap roti yang sedang ia nikmati.

“TARA TITISAN DUGONG AWAS LO!”

Gisa marah karena ini hari pertamanya. Ia tidak tahu letak perusahaan itu di mana, bahkan Gisa tak tahu nanti prosedur di perusahaan seperti apa, makanya Gisa sudah menghabiskan energinya untuk marah-marah.

Begitu sampai di depan sebuah gedung yang tinggi menjulang di hadapannya, Gisa bergegas masuk menuju meja resepsionis.

“Maaf mbak, saya Gisa Lesham Mahendra. Saya mau melamar jadi sekretaris perusahaan ini!”

“Sebentar, Bu. Saya cek dulu data ibu!”

“Baik, Mbak!”

Gisa memasang wajah masam. Pasalnya wajahnya yang terlihat sangat cantik dan muda seperti ini, masih saja dipanggil Ibu.

“Sial, gue dipanggil Ibu lagi!” batin Gisa.

Setelah memeriksa beberapa data yang akan melamar pagi ini. Gisa diperbolehkan masuk ke ruangan Manager HRD.
Di luar ruangan itu ada beberapa pelamar yang sedang menunggu giliran untuk diwawancarai.

Gisa yang baru saja datang mendapatkan perhatian dari beberapa pasang mata yang sedang menunggu dipanggil.
Gisa menatap keheranan.

“Ini kenapa gue diliatin begini? Apa ada yang aneh dengan penampilan gue?” batin Gisa.

Hingga dua orang perempuan menyapanya lebih dulu.

“Hai, kita boleh kenalan,” ucap salah satu perempuan dengan rambut sebahu itu.

“Boleh,” ucap Gisa dengan senyuman manisnya.

“Kenalin gue Felysia dan ini sahabat gue Vania. Lo siapa?”

“Gue Gisa, salam kenal Fely dan Vania!"

Gisa terlihat kaku, karena ia memang jarang bersosialisasi saat berada di New York. Gisa tipe orang yang mendahulukan pendidikan jadi ia hanya memiliki teman beberapa saja.

“Lo anak orang kaya yah? Soalnya mulai dari ujung rambut sampe kaki Lo, semuanya barang branded semua.” Fely jujur dengan apa yang ada di hadapannya.

Gisa lupa, dirinya memakai baju yang dibelikan oleh Tara. Ia hanya memakainya saja, pantas saja orang-orang menatapnya heran.

“Oh, ini gue dikasih sama mamih sih, gue di sini juga numpang. Mana bisa gue beli baju branded begini.”

“Tapi Lo cantik serius, oh, iya Lo ngelamar bagian apa di sini?”

Gisa menatap Fely dan Vania bergantian. Dari awal hanya Fely yang terus menanyainya. Sedangkan Vania hanya fokus dengan ponselnya dan Vania memiliki cantik namun terlihat sedikit judes menurutnya.
Fely yang melihat tatapan Gisa, ia mengerti betul dengan sahabatnya yang satu ini.

TIBA-TIBA CINTADär berättelser lever. Upptäck nu