2. Jangan Puji Dia

73 1 0
                                    

Hai Ketemu lagi hehe...

Sepertinya aku lagi banyak stok makanya up terooos....

Jangan lupa Follow, Komentar, dan Votenya Bestiiee...

.

.

.


Gisa berlari menghampiri Tara yang sudah pingsan depan pintu kamarnya. Gisa memeriksa kakak tirinya itu, takutnya ada luka yang serius atau Tara sedang dalam pengaruh alkohol.

Namun, Gisa tak menemukan hal itu. Dengan cepat Gisa menghubungi papihnya, jujur saja tak ada siapapun di rumah besar ini.

Bi Sari berada di kamarnya di belakang begitu juga dengan Pak Ahmad. Mereka ada di rumah belakang dan itu lumayan jauh. Saking luasnya halaman rumah ini.

Panggilan tersambung.

'Papih!'

'Ada apa malam-malam begini? Kamu gak betah? Papih gak akan biarin kamu tinggal di apartemen sendirian yah, Gisa!'

'Astaga papih, bisa gak dengerin Gisa ngomong dulu!'

'Terus kalo bukan itu, ada apa?'

'Ini kak Tara pingsan depan pintu kamarnya. Dia baru pulang...ngantor kayaknya.'

Gisa tidak menyebutkan secara rinci tentang apa yang terjadi. Jika tahu Tara pulang dalam keadaan babak belur, bisa-bisa Tara akan marah padanya karena mengadu kepada papihnya.

'Halo, Gisa ini mamih. Ada apa sayang?'

'Eh, ini kak Tara pingsan gitu aja. Gisa bingung harus ngapain, Mam.'

'Pasti dia lupa minum vitaminnya, Tara punya penyakit darah rendah Gisa. Mungkin dia kecapekan. Kamu bisa angkat dia gak? Kalo gak biar mamih yang telepon Pak Ahmad buat bantuin!'

Gisa nampak memikirkan bagaimana cara agar ia bisa mengangkat tubuh tinggi dan kekar Tara ke atas ranjangnya.

'Biar Gisa aja, Mam. Kasian Pak Ahmad pasti lagi enak tidur. Maaf Gisa ganggu malam-malam!'

'Iya sayang. Kalo ada apa-apa hubungi mamih aja!'

'Oke Mam. Bye mamih!'

Tut!

Panggilan Gisa matikan. Ia berkacak pinggang sambil memikirkan cara mengangkat tubuh Tara.

"Okeh. Lo pasti bisa!"

Gisa mengalungkan tangan Tara di pundaknya. Ia memeluk tubuh Tara dan mengangkatnya perlahan.

Perlahan tapi pasti, Gisa berhasil membawa Tara ke dalam kamarnya meskipun ia harus berusaha sekuat tenaga.

Bruk!

Gisa melepaskan pelukannya dan Tara tergeletak di atas ranjang miliknya.

"Buset dah, itu badannya berat banget. Kalo diliat gak ada lemaknya tuh, badan. Pasti banyak dosanya kali yah, ni orang!"

Gisa masih mengatur nafasnya yang tersengal karena kelelahan mengangkat tubuh besar itu.

"Gue coba bangunin. Kalo mati gue juga yang repot nanti. Astaga mulut Lo jangan gitu Gisa, gitu-gitu juga ini kakak Lo!"

Setelah bergumam sendirian, Gisa membenarkan posisi tidur Tara agar lebih nyaman.

Gisa menatap wajah Tara yang terlihat sangat kelelahan. Ia membuka sepatu dan kaos kaki yang masih Tara pakai. Bahkan ia membuka gesper yang masih menempel di pinggangnya.

TIBA-TIBA CINTAWhere stories live. Discover now