6. Ulah Kenzo

47 2 0
                                    



Pagi harinya.



Gisa sudah siap dengan pakaian paling terbaik yang tersedia di lemari kamarnya. Ia sempat melihat label baju yang ia pakai, ternyata itu dari brand Colour Life.

Tara tidak hanya membelikan pakaian dari brand luar, tapi ia juga mengisi lemari Gisa dengan brand miliknya. Karena memang sebagian besar mulai dari petinggi hingga karyawan di Colour Life, mereka difasilitasi diskon khusus pekerja di sana.

Bahkan beberapa kali Tara selalu memberikan kupon belanja secara cuma-cuma kepada beberapa karyawannya yang rajin dan pekerjaannya bagus.

Fasilitas bekerja di sana bisa dibilang memanjakan pekerjanya. Mulai dari makan, jam istirahat lebih, bisa menggunakan pakaian bebas, dan gaji karyawan yang paling besar dibandingkan perusahaan lainnya di bidang bisnis fashion.

Tepat pukul tujuh pagi Gisa keluar dari kamarnya untuk pergi sarapan. Terlihat Tara sedang menikmati sarapannya sendirian.

Tak!

Tak!

Tak!

Mendengar suara seseorang berjalan, Tara menatap ke arahnya.

“Bukannya Lo masih sakit?”

“Gue gak mungkin bolos di hari pertama gue kerja, Kak.”

“Lo kan adek gue. Apa yang jadi masalahnya?”

“Ck, baru juga semalam gue bilang, gue gak mau hubungan kita terbongkar di kantor. Lagian gue udah sehat.”

“Sorry lupa. Oh, iya nanti Lo langsung ke ruangan gue. Di atas meja gue ada tab, Lo ambil dan pelajari jadwal gue dan semua yang berurusan dengan perusahaan ada di situ. Gue ada urusan bentar, jadi agak telat ke kantor.”

“Oke.”

Gisa melanjutkan sarapannya dengan khidmat dan tanpa berbicara apa pun. Tara yang lebih dulu selesai, ia segera menyudahi sarapannya.

“Berangkat sama Pak Ahmad aja, jangan pake taksi, jangan pake jemputan, apalagi naik angkutan umum. Biar gue bawa mobil sendiri!”

“Hmm....”

“Jawab yang bener!”

Gisa memutar matanya malas.

“Iya, kakak tersayang.”

“Bagus. Gue berangkat duluan!”

“Iya!”

Tara berlalu meninggalkan Gisa yang masih menikmati sarapan yang dibuat oleh Bi Sari.
Setelah selesai sarapan, Gisa bergegas pergi ke kantor. Sesuai arahan Tara, Gisa diantar oleh Pak Ahmad menuju kantor.

“Makasih, Pak!”

“Iya, non hati-hati kerjanya. Nanti saya jemput sesuai jam pulang kantor!”

“Gak usah, Pak. Nanti biar Gisa pulang sama temen. Kalo misal gak ada nanti aku hubungi pak Ahmad.”

“Siap, Non!”

Tepat pukul delapan pagi Gisa baru saja sampai di tempat kerjanya. Karena Gisa tidak tahu letak ruangannya Tara di lantai berapa, jadi Gisa menanyakan nya di meja resepsionis.
Saat Gisa sedang berjalan menuju lobi, seseorang memanggilnya.

“Gisa!”

Gisa berbalik melihat ke arah pria yang memanggilnya.

“Selamat pagi Pak Savian, Pak Kenzo!”

TIBA-TIBA CINTAUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum