34. Hanya Ingin

10 1 0
                                    

✨

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Malam harinya, Trisa bersama dengan Dara pergi ke kediaman keluarga Mahendra.

Sedangkan Hazel masih bersama dengan Kenzo dan Gisa di dalam ruang inap Tara. Meskipun Trisa masih dalam keadaan pemulihan, ia tetap ingin menemui Abrisam dan Gisel.

Tepat pukul 9 malam, mereka sampai di kediaman Mahendra. Dengan dibantu oleh suster dan Dara, Trisa duduk di kursi roda dengan perasaan yang campur aduk.

Abrisam sudah tahu malam hari ini akan kedatangan tamu karena Kenzo menghubunginya terlebih dahulu. Ketika mereka sampai di depan pintu, Abrisam sudah membukakan pintu dan mempersilahkan mereka untuk masuk.

“Selamat malam, maaf malam-malam begini bertamu. Tapi, ibu bersikeras ingin berbicara hal penting dengan kalian, khususnya sama mas Abri,” ucap Dara dengan hati-hati.

“Untungnya tadi Ken udah telepon saya dulu, kalo tidak saya udah istirahat kayaknya.”

Abrisam menjawab biasa saja terhadap Dara, padahal hatinya benar-benar sangat sakit hati jika melihat Trisa. Namun, ia masih punya hati nurani melihat Trisa dalam keadaan baru saja keluar dari Rumah Sakit.

Trisa mulai berbicara dan mengutarakan niat kedatangannya ke sini.

“Sam, ibu datang ke sini mau meminta maaf atas perkataan ibu waktu itu. Ibu tau itu sangat menyakiti kamu terutama Gisa.
Ibu sudah bertemu Gisa tadi dan meminta maaf padanya. Ibu harap kamu mau memaafkan ibu dan kembali menerima Tara.

Anak itu tidak salah, ibu yang salah. Ibu terlalu banyak mengatur kehidupannya. Ibu takut dia memilih pasangan yang salah. Ibu belajar dari yang lalu, tapi ibu malah menilai Gisa begitu saja tanpa mengenalnya lebih dulu.
Kamu boleh benci sama ibu, tapi jangan benci dan larang Tara untuk memperjuangkan anak kamu!”

Trisa menunduk setelah mengutarakan isi hatinya. Dalam hatinya terdalam, ia benar-benar menyesal. Sebenarnya ia telah menghancurkan dua hati yang sedang menikmati indahnya jatuh cinta.

Abrisam tampak sedang berpikir dan memikirkan hal apa yang akan ia putuskan untuk ke depannya.

“Sebenarnya saya sangat sakit hati ketika melihat Gisa sampai menangis selama berhari-hari, untungnya Kenzo selalu siap sedia menjadi sandaran adiknya. Meskipun mereka baru dipertemukan dan tak ada ikatan darah sedikit pun.

Tapi, melihat betapa besarnya pengaruh Gisa buat Tara, saya tidak akan pernah melarang apapun keputusan Gisa. Biarkan dia yang menentukan masa depannya sendiri. Bukannya kita sebagai orang tua harus mendukung apa yang menjadi keinginan anak kita?”

TIBA-TIBA CINTAWhere stories live. Discover now